Kamis, 26 September 2013

Rumah Nenek Bikin Merinding

Malam kamis kemaren nih gue pergi kerumah nenek yang ada di Cianjur. Biasa lah mampir dan silaturahmi. tapi dimalam jum'atnya gue ngerasa ada kejadian aneh entahlah itu apaan. waktu malamnya, gue mau tidur sama kakak sepupu gue. dan tiba tiba gue kebelet pipis. daripada gue tahan dan ngompol dicelana ya udah gue bilang aja sama kakak sepupu gue kalau pengen banget pipis.

Nah, disitulah gue ngerasa ada suatu keanehan. Kakak sepupu gue nganterin gue ke wc di belakang dapur. disana ajegile sumpah gelapnya banget dah. Dan gue buru buru lari aja ke wc itu karena ya jarak nya 25 meter lah dari dapur. Sepanjang jalan gitu gelap banget.

Akhirnya gue sampai juga nih di wc yang super gelap itu saat gue pipis tiba-tiba ada suara kayak sesuatu masuk ke bak mandi semacam batu lah tapi gue gak tau itu apaan. karena wc itu luas lumayan sekitar 15 x 20 meter jadi gue gak terlalu mantau keadaan di wc itu.

Saat gue mau ambil gayung tiba-tiba ada suara orang mandi ya udah gue abaikan dan gue cebok dulu aja. Begitu gue selesai, gue ngeliat ada bayangan item kayaknya sesosok cewek lagi dandan. Gue udah mulai ngerasa gak enak nih dan satu langkah dua langkah tiga langkah lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii~!!!!!!!!!!!!

Gue ngos-ngosan ke dapur, gue liat sekeliling ah kemana kakak sepupu gue? Dia ngilang tadi bilangnya mau nungguin gue. Gue pun memutuskan buat jalan ke kamar sendiri diantara lorong lorong yang gelap. saat dilorong gue ngedenger ada suara pintu yang dibuka. Gue ngumpet aja, takutnya ada maling atau apa. Dan gue denger ada suara langkah kaki "step, step, step" kayak orang jalan.

Gue intip aja dah tuh dari tempat gue sembunyi. Askodok, gue liat sepasang sepatu jalan tapi tanpa ada orang yang pake masa???

Gue merinding abis disitu, dan gue buru-buru masuk ke kamar karena ketakutan. Gue mejemin mata aja meski gue gak bisa tidur karena disitu nyali gue bener-bener mentok. Gue tutup muka gue dengan selimut yang tebelnya banget. tapi leher gue terasa dingin banget dan selimut setebel gaban itu gak mempan buat angetin badan gue.

Gue gak berani liat ke belakang karena takut. Dari kaki, ke paha, ke perut ke dada, ke leher mulai merambat dingin dan akhirnya gue gak tau pingsan gak tau ketiduran yang jelas gue bangun udah ada di depan rumah.

5 Kisah bangkit dari kematiannya

Tiada seorang pun bisa menolak kematian. Misteri yang menyelubunginya membuat orang bergidik, membayangkan hal-hal yang akan terjadi sesudah kematian. Apakah setelah seseorang mati dia bisa hidup kembali?

Beberapa kepercayaan, termasuk Islam, meyakini fenomena bangkit dari kematian. Itu pernah terjadi pada zaman Nabi Isa, di mana ia pernah menghidupkan seseorang yang telah wafat. Tapi, zaman sekarang? Istilah untuk menyebut bangkit dari kematian biasanya disebut mati suri atau mati sementara.

Benarkah ini fenomena mati suri? Mari kita baca cerita misteri berikut ini:

Bayi yang Mati Dua Kali

Mengutip dari theweek.com, seorang bocah berusia 2 tahun bernama Kevin Santos mati akibat kelainan jantung serta komplikasi pneumonia.

Kevin dibaringkan di dalam peti. Sementara, keluarganya duduk di sekelilinya seraya membacakan doa. Sejam selepas upacara doa, Kevin tiba-tiba bangkit dari dalam peti dan duduk di atasnya. Sambil memandang ayahnya, Kevin berkata, "Ayah, aku haus. Boleh aku minta segelas air?" Hal itupun membuat orang-orang di sekitarnya berteriak ketakutan bercampur senang.

Sayangnya, keajaiban tersebut hanya berlangsung sejenak saja. Kevin kemudian kembali berbaring di dalam peti dan menghembuskan napas untuk selama-lamanya.

Keluarga Kevin menyadari ada kejanggalan di dalam kematian anaknya. Belakangan, dilaporkan bahwa keluarga Kevin curiga bahwa telah anaknya telah mengalami malpraktik.

Kebangkitan Bapak Tua di Yaman

Adalah seorang bapak berusia 65 tahun, korban sebuah penyerangan di Yaman. Setelah dimandikan dan dibungkus kain kafan, bapak tersebut kemudian dibaringkan di dalam makam. Ketika tanah hendak dimasukkan, tiba-tiba bapak tersebut bangkit dan berteriak, "apakah kalian hendak menguburku hidup-hidup?"

Seketika kerabatnya membongkar dan melepaskan kain kafan dari tubuhnya. Pemakaman yang tadinya berlangsung sedih berubah menjadi sebuah pesta yang merayakan kebangkitan si bapak tua.

Sentuhan Kasih Seorang Ibu

cerita misteri, kisah nyata, cerita pendek horor
Di Argentina, seorang ibu bernama Analia melahirkan bayi kecilnya yang ternyata dinyatakan meninggal sesaat setelah dilahirkan. Analia dan suaminya, Fabian bahkan tak sempat melihat wajah si kecil yang keburu dibawa ke ruang mayat.

Mendengar anaknya mati saat dilahirkan, Analia sedih. Iapun mengajak suaminya mengucapkan perpisahan kepada si bayi yang kala itu telah disimpan di lemari ruang mayat. Membuka lemari tersebut, Analia menyentuh bayinya yang terbujur kaku. Tak berapa lama, ia yang tengah terisak merasakan ada gerakan. Ia membuka mata dan menemukan bahwa anaknya hidup. Si bayi yang diberi nama Luz Milagros (red: keajaiban) itu kemudian menangis dan segera digendong keluar oleh ibunya.

Analia dan Fabian bersyukur anaknya masih hidup, sekalipun divonis mengalami kerusakan pada otak.

Setelah Bangkit dari Kematian, Nenek Ini Malah Memasak di Dapur

Li Xiufeng, adalah seorang nenek yang tinggal seorang diri saja di desanya. Pun demikian, tetangganya adalah orang-orang yang sangat perhatian dan selalu saling menjaga satu sama lain. Usia Li menginjak 95 tahun dan sering sakit-sakitan. Sudah dua minggu lamanya ia terbaring sakit karena jatuh dan mengalami cedera pada kepala. Suatu hari, ia ditemukan di lantai dan tak bergerak oleh tetangganya.

Li kemudian dibaringkan di dalam peti. Menurut tradisi di China, mereka yang meninggal harus dibaringkan di dalam peti selama beberapa hari untuk menerima penghormatan terakhir dari sanak keluarga dan teman-temannya. Kemudian, sehari sebelum pemakaman, tiba-tiba Li ditemukan hilang dari petinya.

"Aku tidur terlalu lama. Aku merasa lapar sehingga aku segera berlari ke dapur dan memasak sesuatu untuk kumakan," ungkap Li kepada tetangga dan kerabatnya yang merasa terkejut karena Li hidup lagi.

Ketika Diotopsi, Pria Ini Bangkit Hii...

Seorang pria asal Venezuela bernama Carlos Camejo dinyatakan meninggal setelah mengalami kecelakaan di jalan layang pada 2007 silam. Istrinya kemudian dipanggil untuk mengidentfikasi tubuh suaminya.

Saat otopsi berlangsung, petugas medis melakukan sayatan di area wajahnya. Tiba-tiba, darah segar keluar dari luka tersebut. Petugas tersebut kemudian buru-buru menjahit luka itu dan menyadari bahwa Carlos masih hidup.

"Aku bangun karena merasakan sakit yang luas biasa di wajahku," ungkapnya. Istri yang seharusnya datang untuk mengidentifikasi mayatnya merasa lega dan takjub. Suami yang dikiranya telah meninggal ternyata bangkit dan hidup kembali.
Description: 5 Kisah Nyata Bangkit dari Kematian Rating: 3.5 Reviewer: Cerpen Horor ItemReviewed: 5 Kisah Nyata Bangkit dari Kematian

arwah penasaran nenek

Namaku Reta. Aku ingin berbagi cerita misteri. Tapi, bukan berdasarkan pengalamanku sendiri, melainkan berdasarkan pengalaman temanku, yang bernama Mely (bukan nama sesungguhnya). Langsung aja ya…

Jadi, cerita misteri ini dimulai saat Mely sedang les bahasa Inggris. Karena les private, Mely les di rumah Ida (juga bukan nama sesungguhnya).

Di suatu malam Minggu, Mely pulangnya agak kemaleman. Gegara ayahnya telat menjemputnya. Sehingga, Mely main-main dulu di rumah Ida itu.

Karena, rumah Ida terletak tepat di pinggir jalan, secara otomatis suasananya ramai sekali. Ya sudah, Mely dan Ida ngobrol-ngobrol dulu.

Eh, di saat itu, tiba-tiba Kakak Ipar Ida membuka pintu dengan cepat. Wajahnya pucat. Napasnya pun ngos-ngosan. Orang-orang rumah Ida segera bertanya kepada Kakak Ipar-nya Ida itu. Suasana berubah menjadi mistis.

“Ada apa?” tanya mereka.

Kakak Ipar-nya Ida menjawab, “Ada setan!”

Ya, katanya Kakak Ipar-nya Ida melihat setan nenek-nenek di pinggir jalan waktu pulang dari membeli nasi goreng. Semua orang di rumah Ida langsung kasak-kusuk. Ida sendiri cerita misteri yang pernah terjadi bertahun-tahun silam tentang urban legend di dekat rumahnya itu.

Konon, setan nenek-nenek itu ada gegara ditabrak lari oleh sebuah truk yang sedang melintas di jalan depan rumah Ida. Sejak peristiwa tabrak lari itu, banyak orang mengaku melihat penampakan setan nenek-nenek itu. Hiii…

MOBIL TERBANG

Malam Jumat di bulan Juni lalu bisa dikatakan menjadi malam paling menyeramkan untukku.

Cerita misteri itu bermula ketika aku pergi mengendarai mobil Daihatsu Charade, dari Tasikmalaya menuju Ciamis. Saat berangkat tidak ada kejadian apa-apa, hingga aku mengambil jalur alternatif demi menghindari kemacetan lalu lintas. Jalur alternatif yang kuambil ini mengharuskan aku melewatkan mobilku di atas Jembatan Cirahong.

Waktu ingin masuk ke Jembatan, aku melihat ada mobil lain di depanku yang menarik perhatianku. Karena, ada stiker bertuliskan IMG (Ikatan Mobil Gaul). Spontan, aku mengambil kamera untuk kemudian memotret mobil tersebut dari belakang, sambil terus berkendara di belakang mereka. Aku tidak langsung mengecek hasil jepretanku.

Sumpah, berada di Jembatan Cirahong bikin bulu kudukku merinding. Hampir tidak ada penerangan sama sekali. Sehingga, mobil yang berada di depanku tidak kelihatan. Kan, secara fisik, Jembatan Cirahong masih menggunakan papan kayu. Jadi, waktu ada mobil atau kendaraan lain yang lewat di atasnya akan terdengar bunyi glodak-glodak kayu beradu.

Nah, mobil di depanku tiba-tiba raib tidak kelihatan sama sekali. Aku mengucek mataku. Dan waktu kulihat ke samping, ke arah sungainya, ternyata mobil itu terbang.

Tahulah aku, jika itu ada mobil setan alias mobil yang mungkin dulu pernah kecelakaan di jembatan tersebut. Toh, waktu aku lihat hasil jepretanku tidak ada satu pun foto berhasil kudapat selain gelap, dari ujung ke ujung. Dongggg!!!

Mess Angker

Waktu saya kerja di Kalimantan,  kantor nyediain mess buat tinggal karyawannya. Perusahaan tambang tempat gue kerja lumayan bonafit, tapi gue belum punya tempat tinggal di sana, jadilah gue ikut tinggal di mess.

Nah, ngomong-ngomong soal mess perusahaan tambang gue ini cukup horor juga. Tadinya, mess yang gue tinggali ini rumah yang dibangun setengah jadi dan lama banget baru dikelarin. Namanya, rumah setengah jadi kan kosong tuh nggak ada yang nempatin. Bodohnya, mess itu waktu belum selesai dikerjain dibuat tempat nongkrong muda mudi kasmaran -kadang sampai nggak bener. Maklum saja, rumah itu ada di pojok kompleks perumahan BTN yang rada sepi dan bebas. Belakangan, nggak banyak muda mudi kasmaran di situ.

Desas-desus yang beredar adalah banyaklah setan-setan bersliweran di sana, bahkan mungkin menjadikannya markas. Menurut cerita temen gue yang lebih lama tinggal di situ daripada gue.

Pernah kejadian ada sepasang muda mudi mabuk cinta janji ketemu di rumah ini. Nah, mereka janjian jam 7 malam. Sampai di rumah itu, si pemuda memanggil-manggil ceweknya yang dikira sudah sampai. Waktu dipanggil, si cewek menjawab tapi di lantai 2. Ah, mungkin ceweknya sedang ingin romantis-romantisan sama dia. Mungkin macam cerita roman picisan tentang hubungan muda mudi di kawasan gelap. Eh, pas si cowok naik nggak ada siapa-siapa, cengoklah dia.

Lalu, si cowok turun, karena mungkin dia merasa salah dengar dan berkeliling untuk memastikan. Tapi tetap saja nggak ada siapa-siapa di sana. Si cowok mikir ceweknya sedang ngerjain dia. Dipanggil lagi, si cewek menjawab lagi dari atas. Si cowok lantas naik lagi ke atas. Jengkel gara-gara nggak menemukan si cewek, akhirnya si cowok memutuskan untuk keliling di atas. Eh, baru saja melangkahkan kakinya satu lagi si cowok langsung ngacir nggak.

Waktu si cowok ini cerita ke teman gue, dia cerita kalau melihat cewek seperti yang digambarkan sebagai sosok kuntilanak. Yang punya rambut hitam panjang *idaman semua pria* dan baju warna putih butek. Gue sih sebenarnya biasa aja. Tapi, benar-benar jadi bergidik pas gue melihat di belakang teman gue, cewek yang diceritain sama teman gue ada di situ. Sejurus berikutnya, gue sukses pingsan.


rumah sebelah

Perkenalkan, namaku Eri. Ini cerita pertamaku di sini. Kisah yang aku tulis ini bedasarkan pengalaman dari Tanteku, tepatnya 3 tahun yang lalu. Rumah kami terletak di daerah Malang.

Tanteku (sebut saja "Selvy")tinggal di rumah kosong yang terletak di sebelah rumahku. Rumah itu memang sudah lama tidak berpenghuni dan akhirnya dibeli oleh orang tuanya. Dia tinggal di Malang karena orang tuanya berpindah dari satu kota ke kota lain (dinas) dan dia memutuskan untuk menempati tempat itu. Daripada tinggal sendiri, maka aku disuruh oleh omaku untuk menemani tanteku untuk tidur malam di situ, karena di siang hari, ada pembantu yang menemani dia. Maklum, ibunya tante Selvy dan omaku bersaudara dan Tante Selvy sudah dianggap seperti anaknya sendiri. 

Waktu itu tante Selvy masih kelas 3 SMA dan aku masih duduk di kelas 2 SMP. Suatu malam,sebelum tidur, tante Selvy ngomong ke aku.

"Eri, nanti malam tante mau sholat tahajud, berhubung tante sudah mau Ujian Nasional, semoga tante diberi kemudahan dalam kelulusannya.."

Akupun mengangguk. Sudah biasa sebenarnya, kalau sudah menghadapi Ujian Nasional, murid-murid kelas 3 berubah menjadi sangat alim dan 'tobat' (ini termasuk Tante Selvy, biasanya dia suka keluyuran ma teman daripada belajar di rumah).

Setelah mematikan lampu, kami pun beranjak tidur. Tepat jam setengah 3 pagi, alarm Tante Selvy berbunyi. "Sudah mau sholat tahajjud dia," pikirku. 

Kamar tidur kami memiliki satu kamar mandi yang cukup luas. Tante Selvy pun segera mengambil wudhu dan menyiapkan alat sholat dan sajadahnya. yang aku heran, kenapa dia harus sholat tepat di depan pintu kamar mandi (kamar mandi terletak di belakangnya). Dan di depan Tante Selvy terdapat cermin antik berbentuk oval, ukurannya pun lumayan besar. Aku kembali melanjutkan tidurku, karena memang terlalu capek karena kegiatan di sekolah. 

Tante Selvy pun mengucapkan niat sholat tahajudnya. Akan tetapi, mendadak terdengar suara gemuruh yang berasal dari dalam kamar mandi. Suaranya terdengar seperti botol-botol sabun mandi yang terjatuh. Karena dia berpikir bahwa itu ulah tikus, dia membuka pintu kamar mandi dan mengecek ulang. Ternyata tidak ada yang jatuh, semua barang ada pada posisi semula. 

Berpikir bahwa itu hanyalah sebuah halusinasi, Tante Selvy pun melanjutkan sholat Tahajjudnya. ketika dia hendak melakukan takbir,sekejap bulu kuduknya berdiri. Alangkah kagetnya ia ketika melihat bayangan orang besar bermata merah berdiri di belakangnya (bayangannya terpantul di cermin sehingga tanteku mampu melihatnya). Tante Selvy berusaha menghiraukannya dan dia melakukan sujud sambil ber-istighfar dalam hati. Ketika dia hendak berdiri lagi setelah sujud, dia dikejutkan kembali oleh kehadiran sepasang kaki tak berbadan, berjalan tepat di depan matanya. Air mata Tante Selvy mulai menetes karena dia sangat ketakutan. Ia segera menyelesaikan sholat tahajjudnya dan beranjak ke tempat tidur sambil melafadzkan surat-surat Al-Qur'an yang dia ketahui.


Pagi harinya ketika aku terbangun, Tante Selvy menceritakan semua yang terjadi padanya semalam. Dia juga bercerita bahwa ketika dia hendak membangunkanku, ada bayangan orang besar yang berdiri tepat di sebelahku yang tertidur. Kemudian, di hari-hari berikutnya, kalau Tante Selvy sedang sholat tahajjud, aku pun bangun dan menemaninya untuk sholat. 

Sekarang, Tante Selvy sudah lulus dan melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Akupun masih tinggal di Malang (sekarang duduk di kelas 2 SMA) dan masih teringat tentang Rumah Sebelah. 

Sampai saat ini, gangguan di Rumah Sebelah masih berlanjut meskipun sudah diadakan pembacaan doa. Aku berpendapat bahwa mereka sudah betah tinggal di sana dan tak mau diusir. Semoga keberadaan mereka tidak mengusik kami.

Senin, 06 Mei 2013

Genderuwo Pohon Pepaya

Nama gue Fauzan, gue baru pertama kali ngirim cerita ke sini, jadi maap maap kalau masih blepotan atau berantakan hehe

Oke langsung aja, ini cerita dulu pernah gua alamin kira2 10 tahun yang lalu pas gue masih TK. Jadi begini ceritanya: waktu itu kira2 tepat pukul 20.00 WIB, waktu itu gue lagi maen di rumah kakak sepupu gue yang jaraknya kira2 selisih 7 rumah lah dari rumah gue. Nah, gak lama gue maen, ibu gue nelpon gue nyuruh gue pulang, tapi karena gue lagi keasikan maen gue bilang aja ke ibu gue "Iye bentar lagi jam 9an aku pulangnya". Yaudah akhirnya ibu gue ngebolehin.

Akhirnya waktunya pun tiba, tepat pukul 21:00 WIB akhirnya gue pulang sendirian ke rumah setelah berpamitan sama kakak sepupu gue. Pas awalnya sih gue gak ngerasa aneh atau semacamnya, tapi pas gue udah sampe di pertengahan jalan yaitu di rumah ke-4 (dari selisih rumah gue dan kk sepupu gue), sebut aja rumah bu Imah (samaran), rumah bu Imah disampingnya itu ada pohon pepaya gede banget yang udah tua, tapi sebagian pohon itu ketutupan terpal yang tingginya 2 meter.

Pas gue lewat didepan rumah bu Imah (di depan pohon pepaya itu juga) gue ngeliat ada orang, rambutnya keriting dibalik terpal pohon pepaya itu (awalnya gue pikir orang, jadi gue cueklah). Tapi gak lama hati gue ngomong "Kok orang itu tingginya ngelewatin terpal yang tingginya 2 meter itu? mana di daerah gue ga ada orang yang tingginya diatas 2 meter dan rambutnya keriting". Disitu gua penasaran dan mencoba beraniin ngeliat ke arah pohon pepaya itu lagi sambil ngebaca al fatihah (maklum masih TK taunya al fatihah doang wkwk).

Gua terkejut pas gua liat lagi ternyata tuh mahkluk nyadarin keberadaan gue dan ngeliat gua dengan wajah hitam, keriting, matanya merah, giginya bertaring pokoknya serem banget dah! mana melotot ke arah gua yang masih bocah ingusan! Lantas gue langsung ambil langkah seribu ke rumah gue, dan gue langsung masuk ke rumah dan buru2 tidur. Ibu gue pun nampaknya kebingungan tapi dia gak nanya apa2 sama gue.

Sejak kejadian itu, tiap gue lewat pohon pepaya itu, gue selalu ngibrit dan malingin muka dari pohon tersebut. Tapi berhubung sekarang pohon pepaya itu udah ditebang dan gue juga udah balig, gue jadi selow2 aja lewat situ haha :D

Penghuni Kamar Gw

Inii kejadian pada malam Minggu sekitar jam 01:25. Inie sebenarnya yang ngalamin bukan gw tapi soudara gw (sebut aja dia Mariska), tapi gpplah yang menting gw kan cuma ingin berbagi cerita...

Jadi pass hari Sabtu jam 08:30 soudara dari nyokap gw kan datang kerumah gw, niat nya dia (soudara nyokap gw) emang udah ngadain acara buat hari Minggu coz hari Minggu tuh gw sekeluarga sama sodara nyokap gw mau pergi ke rumah nenek gw. Nah berhubung Mariska seumuran sama gw, jadi dia disuruh tidur sekamar ama gw. Mau nga mau terpaksa deehh gw harus tidur sekamar ama Mariska (Sebenarnya sii gw males berbagi kamar ama Mariska secara dia orangnya tomboi abiss. Tapi gpplah itung2 gw amal hihihi). Dari pagi sampai malam gw selalu bersama ama Mariska, walaupun dia orangnya tomboi abis tapi dia orangnya asyik lo,

Pass waktu menunjukkan jam 23:55, gw ajak Mariska untuk tidur. Setelah sampai di kamar, gw langsung ajah tidur secara gw udah ngantuk banget. Tapi tidur gw terganggu ama suara Mariska yang teriak-teriak nga jelas?? truzz gw tanya ama dia:

P: Poetri M : Mariska

P : Kenapa sii lo Ris?
M : Tadi gw ngeliat ada bayangan item di lemari baju lo Put .
P : Gw senyum ajah.. (";))
M : Koq lo malah senyum sii Put, sumpah tadi gw ngeliat ada bayangan item. Pertama sii gw cuek ajah Put, tapi makin lama koq bayangannya makin gede Put. Jadi gw penasaran kan ama tuh bayangan, gw samperin jah tuh bayangan,
P : Truzz apaan yang lo liat Riss?? sambil ketawa kecil hihihi
M : Serem dah pokoknya Put..!!
P : Ya apaan, jangan bikin gw penasaran dah!!!
M : Gw ngeliat tuh bayangan seluruh tubuh nya bulu semua Put, apalagi pass gw liat mukanya put serem banget dah, mata gede banget Put kaya bola tenis, apalagi giginya Put udah kaya ular bertaring gitu..
P : Oowh kalaw ituh sii penghuni kamar gw Riss!! Dia cuma ingin kenalan ajah sama lo, dia baik koq Riss!! nga suka ganggu orang tapi kalaw ada orang baru yang dia liat pasti dia nunjukin sosoknya.

Akhirnya gw sama Mariska tidur lagi dah..

Pass keesokan paginya Mariska cerita sama nyokapnya and keluarga gw, tapi malah diketawain sama nyokap bokap gw. Kata bokap and nyokap gw ituh hal yang biasa terjadi kalaw ada orang baru yang tidur di kamar gw. Gw sendiri udah biasa meliat penghuni kmar gw.. secara penghuni kamar gw tuh utusan dari kakek gw buat jagain gw sama keluarga gw.

Bertemu Makhluk Halus Berwujud Binatang

Hallo nama saya Harry, tinggal di Riau.. Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 2 SMP.
Waktu itu kejadiannya ketika malam Minggu, aku di telpon sepupuku, sebut saja namanya Haris. Dia nyuruh aku nginap dirumahnya karena dia sendirian aja di rumah, di tinggal ortunya keluar kota. Awalnya aku mau nolak, karena udah jam 8 lewat, tapi karena Haris ini sepupuku, jadi aku terima aja dengan berat hati. Akhirnya aku pergi kerumahnya dengan sepeda.

Dalam perjalanan ke rumahnya, aku ngelewatin sebuah halte. Ketika aku lewat di depan halte, aku liat ada sesosok makhluk hitam di bawah pohon beringin yang ada di sebelah halte tersebut, bentuk tubuhnya persis seperti beruang hitam, tapi yang bikin aku takut adalah kepalanya yang buntung...

Aku langsung kayuh sepeda cepat2, pingin teriak tapi takut. Ketika aku liat kebelakang, makhluk tadi turun ke jalan dan berlari kecil mengejarku. Aku panik dan langsung mengkayuh sepeda lebih cepat lagi sambil istigfar dan membaca doa al-Fatiha. Ketika aku liat ke belakang lagi, makhluk tadi udah gak ada, Alhamdulillah dalam hatiku. Kemudian aku mencoba menenangkan diri dan berpikir positif kalau kejadian tadi cuma khayalan.

Rumah Haris tinggal beberapa meter lagi, aku melewati rumah kosong yang kotor kayak gak di urus bertahun-tahun. Ketika lewat di samping rumah itu, aku merasa seperti ada bayang-bayang berjalan di sampingku. Pas aku lihat ternyata ada sesosok makhluk hitam lagi. Kali ini bentuk tubuhnya itu seperti manusia purba atau kera, "dia" berjalan pelan sambil bungkuk, benar2 seperti manusia purba, bulu2 nya juga tebal.

Aku sempat terkaku melihat makhluk itu, dan dia melihatku juga. Anehnya, matanya tidak merah, tapi putih seperti manusia normal, dan mukanya rata, tak ada mulut dan hidung. Tiba-tiba saja di berjalan ke arahku. Aku teriak sekuat2nya dan mengayuh sepeda cepat2. Pas aku liat ke belakang saking penasarannya, makhluk tadi udah hilang. Waktu itu aku sempat menangis karena saking takutnya (jujur, sejak kejadian ini aku mulai takut dengan yang namanya hantu berwujud binatang).

Akhirnya aku sampai di rumah Haris. Belum naik ke halaman rumahnya aku sudah membanting sepedaku di jalan, kemudian aku lari2 ke pintu rumahnya dan mengedor pintu kuat2. Untungnya si Haris dengan segera membuka pintu dan heran melihat aku yang pucat dan menangis. Dia nanya "Kenapa Har? kok nangis?", lalu aku jawab, "Aku tadi di kejar hantu2 binatang, seram tau. Ambil kan sepeda ku dong. aku gak berani keluar, masih takut soalnya". Tapi si Haris malah ikut2an takut dan ngomong "Haa!? gak mau.. ntar kalau miss kunti datang gimana?". Aku menjawab sambil bercanda "Gpp.. miss kunti lebih senang sama anak cowok 1/2 bule" (mukanya campuran Indo - Bosnia). Dia marah2 sambil ngomong "Gak lucu tau! sialan kau..". Kemudian dia langsung lari mengambil sepedaku.

Ketika dia mau balik, tiba-tiba saja rumah kosong yang ada di depan rumahnya itu pintunya seperti di gedor2 orang. Aku dan Haris terkejut dan ngeliat ke arah pintu tersebut, lalu aku bilang ke Haris kalau itu cuma orang iseng yang ada di dalam rumah tersebut, tujuannya supaya dia gak takut. Tapi tiba-tiba saja dia lari sambil mengangkat sepedaku. Setelah masuk ke rumah, dia langsung membanting pintu dan menguncinya, aku ngeliat mukanya pucat.

Ketika aku tanya, dia bilang dia ngeliat ada sesosok bayangan di bawah pohon mangga di samping rumahnya. Aku langsung terdiam dan gak berani ngomong apa2. Setelah itu aku ceritakan ke Haris tentang kejadian yang aku alami tadi. Dia bilang ternyata bukan cuma aku yang ngeliat makhluk hitam seperti manusia purba itu, tetangga yang tinggal di sebelah rumah itu juga pernah melihat makhluk hitam itu mengelilingi rumah kosong tersebut dan mereka juga pernah di ganggu makhluk tersebut. Makhluk hitam itu pernah mengintip mereka dari jendela rumah mereka. Setelah dengar cerita si Haris, aku memutuskan untuk langsung tidur supaya gak berpikiran macam2 lagi. Sejak kejadian ini, tiap kali aku ke rumah Haris di malam hari, aku selalu minta di antarin ortuku.

Sekian..

Maaf kalau ceritanya tidak terlalu seram menurut kalian. Demi Allah cerita ini tidak aku karang2 / di buat2, cerita ini benar2 pengalaman saya yang paling menakutkan yang pernah aku alami. Dan mohon maaf kalau kata2 atau kalimatnya berantakan, karena aku sendiri merinding ketika menulis cerita ini, jadi nulisnya agak buru2. (mohon komennya yang damai2 saja.

Ketemu Kuntilanak Pas Main Bola

Hai ini gue lagi Fauzan mau nyeritain pengalaman gue sekitar 2 bulan yang lalu. Sebenernya pengalaman gue tentang hal mistis sih banyak, tapi kayanya diceritain satu persatu aja kali ya biar seru dan rame.

Oke, sekarang gue mau cerita tentang pertemuan gue dengan miss kunti pas lagi maen bola di taman, cekidot 1.. 2.. 3.. heheh :D

Ehm, waktu itu kira2 pukul 5 sore, rencananya gue sama ke 6 teman gue mau maen bola di taman x. Sebut aja nama teman A, B, C, D, E, F. Kami ber-7 (ditambah gue jadinya 7) janjian buat ngumpul dulu di basecamp jam setengah 5 sore. Setelah menunggu semuanya berkumpul kira2 setengah jam akhinya tanpa basa-basi kami semua langsung berangkat dari basecamp menuju taman tempat kami akan bermain bola.

*20 menit kemudian* akhirnya kami semua sampailah di taman tempat kami akan bermain bola. Masih jam 5.20 sore, taman tempat kami berkumpul masih rame, masih banyak orang2 yang bermain, atau sekedar jalan2 ditaman, sehingga saya tidak merasakan hal yang aneh2. Akhirnya, 10 menit kemudian (tepatnya pada pukul 5.30 sore) tiba waktunya buat tim gua beraksi melawan tim musuh. Seperti biasa posisi yang gue ambil dalam tim itu adalah penjaga gawang.

Nah, tempat gawang yang gua jaga itu dibelakangnya ada pohon beringin yang gede banget!, sedangkan gawang musuh belakangnya cuma tempat duduk para pemain. Tapi awalnya sih gua ga ngerasa apa2 soalnya kan masih banyak orang2 yang main di taman jadi gue ga ngerasa aneh lah. Setelah kami sedang asik bermain ga kerasa sudah 2 babak kami lalui tapi skor masih saja imbang, akhirnya kami semua memutuskan buat ngambil babak tambahan, padahal situasi di taman itu udah sepi dan udah maghrib pula.

Nah, pas di babak tambahan ini gue baru ngerasa aneh. Saat gua lagi fokus ngeliatin bola yang lagi digiring sama musuh menuju gawang gue, gue ngedengar kaya ada yang manggil gue dari arah belakang (dari pohon tersebut tepatnya), tapi gue hiraukan aja panggilan tersebut dan gua kembali fokus ke bola. Gak lama berselang, striker musuh nendang bola ke gawang gue, bola tersebut pun melesat kencang ke arah pohon dan jatuh tepat di bawah pohon beringin tersebut. Nah akhirnya gue beranjak buat ngambil bola tersebut. Tapi apa yang gua lihat pas gua ngambil bola???

Gua ngeliat ke pohon beringin ada cewek lagi duduk di dahan pohon pake baju putih lusuh rambutnya panjang dan kakinya sedang di ayun2kan. Ngga salah lagi itu mba kunti! dan sialnya, mba kunti itu nyadar kalau gue lagi ngeliatin dia! oh sh*t! mana dia ngeluarin jurus senyum tawa cekikikannya lagi! Lantas gue langsung kabur dan berteriak-teriak kaya orang gila! Teman-teman gua pada nanya "Ada apaan sih?". Gue jawab aja "Gue liat dedemit coy, mba kunti di pohon itu!". Serempak teman gua nyuruh gua duduk dibangku cadangan aja sampe pertandingan selesai.

Akhirnya setelah lama menunggu, pertandingannya pun selesai dan gue nyeritain semua kejadian yang tadi ke teman-teman gue, dan serempak teman gue jadi pada ikutan parno! Akhirnya gue dan teman-teman gue langsung ngacir dari taman dan pulang ke rumah masing2.

Di Ketawain Kuntilanak Penghuni Pohon Angker

Hai all, gw Jimmy (30 tahun) dan ini pengalaman pertama gw digangguin mahluk halus.

Kejadian ini gw alami tepat 1 Minggu yang lalu (cerita dikirim pada tanggal 26 Januari 2012 21:33), tepatnya malam Jum`at tanggal 19 Jan 2012 sekitar jam 18:30. Saat itu gw sama 3 orang teman pulang kerja agak terlambat karena ada kerjaan tambahan. Pulang kerja kami tidak langsung pulang, malah nongkrong di danau buatan (agak jauh dari tempat kerjaan gw) sambil merokok dan nyantai.

Tiba-tiba salah satu teman gw nunjuk ke pohon dan bilang "Eh, itu ada kuntilanak". Gak lama berselang gw denger ketawa khas kuntilanak 1 kali, tapi gw ga liat kuntilanaknya. Jarak antara gw sama pohon yang dimaksud ga terlalu jauh, sekitar 100 meter. Dua orang teman gw yang lain ngeliat penampakannya, trus langsung nunjuk ke atas dan teriak "Kuntilanaknya terbang kesini". Trus kedengeran lagi suara kuntilanak ketawa dibelakang gw.

Gw saat itu bingung, apa gw harus berani atau takut karena ada 1 orang teman gw dengan beraninya nantangin dan teriak-teriak "Sialan lu ngetawain gw, awas lu". Berhubung 2 orang teman kabur kearah keramaian, gw jadi ikut mengamankan diri. Sedangkan teman gw yang tadi marah2 masih di TKP. Agak lama baru dia dateng dan bilang kalau kuntilanak itu emang tinggal dipohon yang dimaksud.

Gw sebenernya meyakini bahwa jin hidup berdampingan dengan kita, dan gak seharusnya kita takut. Gw yakin mereka juga sama seperti manusia; ada yang jahil dan ada yang tidak, (mungkin) ada yang penakut dan ada juga yang nggak (bener apa nggaknya, gw juga ga tau).

Kalo siang hari gw ke TKP, suasananya nyaman2 aja dan banyak orang yang nongkrong. Tapi memang pohon tempat tinggal kuntilanak itu agak suram bin seram. Gw nyesel, kenapa saat kejadian gw ga inget sama sekali untuk membaca ayat-ayat Alqur`an padahal gw yakin banget bahwa Allah SWT akan melindungi hambanya yang selalu mengingat-NYA.

Suster Misterius Di Rumah Sakit

Ceritanya dulu waktu kelas 3 SD gw dirawat di salah satu rumah sakit di Bandung. Gw dirawat karena demam berdarah. Gw dirawat di sana sekitar 4 harian. Malam pertama nginep di sana tuh kebeneran malam Jumat. Dulu masih ada acara dunia lain, dan gw dulu suka nonton tuh acara. Jadi malemnya gw berencana buat nonton tuh acara. Pas malemnya mau nonton, eh bapak gw ga ngijinin nonton tuh acara. Katanya sih dia takut nonton begituan di tempat kaya gini. Ya udah deh.. Bete, gw langsung tidur.

Jam setengah 12 malem, gw kebangun gara-gara ngedenger suara kereta dorong yang suka dibawa oleh suster dan di keretanya tuh ngebawa air untuk menyeka pasiennya. Gw heran.. siapa yang mandi jam segini? Tiba-tiba bulu kuduk gw berdiri.. kereta itu jalannya pelaaan banget..

Oh ya.. For Your Information, kamar gw pas dirawat tuh ada di pojok banget, jadi ga ada ruangan lagi di sebelah kiri kamar gw. lanjut...

Karena penasaran gw nengok ke jendela buat ngeliat ngapain tuh suster lewat kamar gue. Tirai jendela kamar gue tuh putih, jadi bayangan orang dari luar tuh pasti keliatan. Setelah gw nengok, gw liat... ada kereta dorong yang lagi didorong sama suster yang kepalanya TENGKORAK!!! Gilaa.. gw ga bisa memalingkan wajah gw. Bentuk tengkoraknya tuh jelas banget keliatan dari bayangannya. Suster itu pun ngelayang...!!!

Setelah suster itu lewat akhirnya gw bisa tidur lagi dan menceritakan kejadian itu ke bapak gw besok paginya. Kata bapak gw, dia juga ngedenger suara kereta dorong pas tengah malem.. Secara.. dia kan tidur di sofa deket jendela. Jadi pasti dia ngedenger. Dan dia kaget setelah ngedenger cerita gw.

Penampakan Nenek-nenek di Kontrakan Berhantu

Saya punya banyak cerita tentang kejadian nyata seputar mahluk halus/jin di mana tempat saya tinggal sejak kecil. Begini ceritanya ...

Di tempat saya tinggal, disana banyak sekali tempat kontrakan yang disewakan oleh pemiliknya yang asli pribumi (Betawi/Jakarta). Disana ada sebuah kontrakan yang dibilang sangat seram dimana para penghuninya sering diganggu oleh sebuah penampakan.

Suatu ketika waktu itu jam 7 malam selepas adzan isya, Rizal (penyewa kontrakan) melaksanakan shalat isya. Rizal melakukan shalat dengan khusyuk-nya. Setelah tahiyatul akhir dan memberi salam Rizal pun kaget sekaget-kagetnya.

Didepannya di ujung sajadahnya terlihat seorang nenek-nenek yang sedang duduk melihatnya dengan senyuman yang manis tetapi mukanya terlihat sangat pucat sekali. Rizal pun terpaku kepada sosok nenek-nenek yang ada dihadapannya dan Rizal tak dapat bergerak sedikit pun, apa lagi mengeluarkan kata-kata (Rizal berniat memanggil istrinya yang berada di ruang tamu dan Rizal hanya bisa beristighfar dalam hati).

Selama kurang lebih satu menit nenek-nenek itu pun hilang dan Rizal pun baru bisa bergerak. Ia pun langsung menceritakan kejadian yang di alaminya kepada istrinya. Istrinya pun berkata "Mungkin itu nenek kamu, kamu sudah mengirimkan doa untuknya. Ini kan malam Jumat, coba kamu kirimkan surat yasin untuk beliau".

Rizal pun berkata "Dia tak seperti nenek aku sayang, tapi aku juga lupa mengirimnya doa. Baiklah, mungkin nenek aku ingin aku mendoakannya dengan membaca surat yasin" (akhirnya dia pun membacakan surat yasin untuk neneknya. Istrinya sedang haid/datangbulan, jadi tidak bisa menemani suaminya membaca surat yasin).

Istrinya pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, cuci muka dan gosok gigi, lalu memakai pelembab sebelum tidur sambil berhadapan dengan cermin (cermin yang nampak mukanya saja terpasang di dinding ruang tamu). Sambil menoleh ke cermin dan lagi asik memoles-moles mukanya, betapa terkejutnya sang istri, yang berada dicermin bukanlah wajahnya tapi wajah seorang nenek-nenek dengan tatapan sangat tajam memandang matanya.

Pelembab pun jatuh karena kagetnya. Sambil mengucapkan "istighfar" wajah nenek dicermin itu hilang dan suaminya pun datang menanyakan kepada istrinya tentang apa yang terjadi. Istrinya pun terasa lemas setelah mengalami kejadian itu dan duduk di sofa dan menceritakan kepada suaminya. Ternyata penampakan nenek itu, sama seperti yang dialami oleh suaminya.

Kejadian ini terjadi berulang kali selama Rizal dan istrinya tinggal di kontrakan itu, dan menurut Rizal dan istrinya setiap sehabis adzan shubuh sering muncul suara orang menyapu mengunakan sapu lidi di samping kiri kontrakan itu (disana ada tanah kosong juga pohon kelapa kecil. Rizal tak berani melihatnya).

Didepan kontrakan ada jalan keluar masuk kampung dan ada juga gardu listrik JASA MARGA (dimana tempat mahluk halus berkumpul/bekas korban pembuatan dan kecelakaan jalan TOL). Atas kemauan istrinya, Rizal pun pindah dari kontrakan itu dan hanya menempatinya sekitar satu bulan. Anehnya, setiap ada yang mengontrak pasti mengalami kejadian serupa, dan akhirnya kontrakan itu dijual dan dibongkar lalu dibangun oleh pemilik yang baru.

Jembatan Berdarah


Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah daerah di Gresik,Jawa Timur. Tentang sebuah mistik yang dulu sempat membuat warga di daerah saya menjadi paranoid. Silahkan membaca ya.

Saya lahir di sebuah rumah sakit swasta di kota Solo yang sebagian orang menyebutnya dengan kota Surakarta, Jawa Tengah. Ayah saya bekerja di salah satu pabrik besar di kota Gresik, jadi mau tak mau kami sekeluarga pindah di Gresik. Ketika pindah umur saya baru menginjak 7 tahun.

Jalan menuju perumahan kami ada 2, yang pertama melewati pemakaman Sunan Giri (apabila lewat jalan ini, jarak menjadi lebih jauh/memutar) sedangkan jalan kedua melewati sebuah jembatan yang menyebrangi jalan TOL Surabaya-Lamongan. Akan tetapi pada waktu itu, tidak ada satupun orang yang berani melewati jalan ini ketika malam hari karena orang yang melewati jembatan ini selalu dirampok dan dibunuh dengan cara mutilasi. Karena reputasi jembatan itulah orang-orang memilih jalan memutar daripada kehilangan nyawa.

Namun lambat laun perampok yang sering merampok dan memutilasi korbannya ini tidak lagi beroperasi (entah sudah ditangkap polisi atau sudah dipanggil Ilahi, tidak ada yang tahu) maka orang-orang sudah mulai berani melewati jalan ini.

Jalan yang sudah sepenuhnya aman dari rampok sadis ternyata tetap tidak aman. Setidaknya dari makhluk halus. Sudah banyak cerita tentang makhluk halus disana. Wujudnya bukan berupa genderuwo, pocong, kuntilanak maupun suster ngesot tapi berwujud potongan tubuh manusia seperti kepala menggelinding, tangan yang sedang menyebrang jalan, kaki yang berjalan sendiri, dsb..

Salah satu kakaknya temanku pernah mengalaminya.. Sebut saja dengan si A..

Ketika itu malam Minggu. Si A bersiap pergi ke rumah pacarnya yang kebetulan berada di desa di seberang jembatan itu. Ketika berangkat, si A tidak mengalami kejadian aneh karena melewati jalan yang memutar. Semua berjalan normal. Namun hal berbeda terjadi ketika si A pulang kembali ke rumah..

Karena malam begitu larut ditambah si A yang tiba-tiba sakit perut maka si A memutuskan untuk melewati jembatan tersebut. Padahal si A telah diingatkan oleh pacarnya agar jangan lewat jembatan itu tapi karena perut yang susah diajak kompromi maka dengan modal "Bismillah" si A pulang.

Sesampainya di atas jembatan, si A berhenti. Bukan karena mogok, kehabisan bensin, dihadang preman atau apa, si A berhenti karena dihadang tangan yang berjalan. Tangan tersebut berjumlah 6 yang sedang berjalan "ngesot" menuju ke seberang jalan..

Mungkin karena perut si A sudah terlanjur mulas, tanpa pikir panjang diraihnya tangan yang berjalan itu dan diseberangkan ke seberang jalan. Setelah itu si A pulang.

Untungnya sekarang ini jembatan tersebut telah ramai dilalui orang dan tidak ada keganjilan lagi. Semoga..

Minggu, 05 Mei 2013

Kisah Nyata Sexs Dengan Hantu

Cerita ini dikisahkan oleh seorang kenalan saya, seorang pria berusia hampir 60 tahun sebut saja namanya Pak Puspo. Pak Puspo ini sejak muda bekerja pada sebuah penginapan kecil yang lumayan ramai juga di Jl. Prawirotaman, Yogyakarta. Saya ketemu bapak ini pada tahun 2002, waktu itu saya bekerja di sebuah rumahsakit sebagai marketing. Tugas saya menjalin kerjasama dengan hotel-hotel dan penginapan yang ada di Jogja.

Pak Puspo mengisahkan sebuah cerita yang sangat menggairahkan namun sekaligus menegangkan. Kejadianya pada akhir tahun 70an atau awal 80an, saya agak lupa dan terjadi beruntun selama beberapa hari. Waktu itu beliau selain bertugas sebagai recepsionis atau penerima tamu pada siang hari juga sekaligus penjaga penginapan tersebut. Setiap malam beliau tidur di sebuah kamar di penginapan tersebut yang terletak agak di belakang. Penginapan tersebut dibangun entah tahun berapa, tapi sudah cukup tua.

Pada suatu malam kira-kira jam setengah satu, ketika badan sudah mulai letih, Pak Puspo beranjak ke kamar tidur untuk istirahat. Beliau merebahkan badan yang penat ke atas kasur yang cukup empuk dan nyaman, sebentar saja Pak Puspo udah sangat mengantuk. Karena capeknya Pak Puspo tidak sempat menutup pintu yang setengah terbuka. Antara sadar dan tidak Pak Puspo melihat sekelibat bayangan perempuan melalui celah pintu. Beliau ingat tamu perempuan yang menginap di sana berbadan agak gemuk, tapi yang dilihatnya perempuan yang tinggi semampai dan berambut sampai di atas pinggang. “Agak kaget memang, tapi saya tidak terlalu menggubris, saya lanjutkan tidur saya,” Pak Puspo bercerita dengan semangat.

Malam berikutnya Pak Puspo tidur sekitar jam duabelas malam, karena temannya yang menggantikan jaga di resepsionis tidak terlalu repot. Lagi-lagi pintu kamar dibiarkan setengah terbuka, setelah beberapa waktu merebahkan diri kembali ada bayangan perempuan seperti kemarin malam. Pak Puspo bertanya-tanya dalam hati siapa sebenarnya bayangan itu, namun Pak Puspo kembali tidak terlalu memusingkan diri. Beliau tertidur lelap sampai akhirnya terbangun karena merasa ada yang menyentuh kakinya. Dengan sambil tiduran beliau membuka mata, alangkah kagetnya beliau melihat sesosok wanita yang sangat cantik dengan rambut tergerai duduk di sebelah kakinya.

“Wajahnya cantik sekali mas, tapi memang agak pucat, baunya wangi sekali tapi wanginya halus gak menyengat,” beliau bercerita. “Wanita itu hanya tersenyum manis, kemudian pergi, anehnya saya nggak merasa takut sama sekali,” beliau menambahkan. Setelah itu akhirnya Pak Puspo tertidur lagi sampai pagi hari.

Malam ketiga Pak Puspo merasa penasaran dengan kejadian dua malam berturut-turut itu. beliau sengaja tidur agak awal, sekitar jam sebelas malam. Beliau menunggu sosok wanita itu datang lagi. Satu jam menunggu membuat Pak Puspo agak ngantuk, akhirnya dia tertidur juga. Pada sekitar jam satu malam beliau dibangunkan oleh sentuhan lembut pada kaki. Pak Puspo bangun dan melihat sosok perempuan yang kemarin menghampirinya. “Wanita itu tersenyum, kemudian dengan lembutnya memijit kaki saya,” kata pak Puspo. Lebih lanjut beliau bercerita, “Agak lama dipijit dan pijitannya enak sekali, saya belum pernah dipijit seenak ini. Saya diam aja karena memang bener-bener enak.” Setelah lama memijit, wanita itu tidur disamping Pak Puspo dan mulai membuat rangsangan layaknya suami istri sedang bercinta. Singkat cerita Pak Puspo dan sosok wanita itu melakukan hubungan badan. “Mas rasanya lain, nggak seperti dengan istri saya, ini sangat lembut, hangat pokoknya saya gak pernah mengalami kenikmatan ini sebelumnya,” beliau menjelaskan dengan semangat.

Kejadian ini berlangsung selama beberapa hari mungkin sampai lima kali, Pak Puspo sendiri juga lupa berapa kali beliau tidur bersama sosok wanita tersebut.

Suatu malam setelah kejadian itu, Pak Puspo menantikan saat-saat indah tersebut berulang kembali, namun apa yang terjadi?

Waktu itu sekitar jam setengah dua malam, beliau terbangun dan mencium bau yang sangat anyir, sangat tidak enak dan membuat mual. Beliau bangun, dan bertanya-tanya bau apakah itu, namun belum sempat terjawab, datang sosok besar hitam berbulu dengan mata merah menyala, kuku tangannya panjang-panjang, sangat menakutkan, “dia menunjuk ke arah saya,” kata beliau. Pak Puspo menyebut sosok itu sebagai Gandaruwo. Tanpa basa-basi Gandaruwo itu mencekik leher Pak Puspo, sampai gak bisa bernafas. Beliau bergumul hebat dengan mahkluk tersebut. Dengan spontan Pak Puspo berdoa memohon bantuan dari yang kuasa. Akhirnya Gandaruwo tersebut melepaskan tangannya dari leher Pak Puspo, mundur satu langkah, wajahnya masih menunjukan marah, lima detik kemudian Gandaruwo tersebut pergi dan hilang pula bau anyir itu.

Pak Puspo terduduk lemas di lantai, dan sebisa mungkin berdoa mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena telah mengusir mahkluk itu. “Kalau tidak ada pertolongan Tuhan mungkin saya sudah nggak bisa bertemu mas dan menceritakan kejadian itu,” kata Pak Puspo menutup cerita.

Percaya atau tidak, cerita ini benar-benar dialami oleh sesorang dan diceriterakan sendiri kepada penulis.

Di Kejar Tangan

Hay, gue Prasdika yang sebelumnya nge post cerita yang judulnya "Mimpi yang Mengajakku". Cerita yang sekarang berdasarkan pengalaman seorang teman gue, ya sebut aja namanya Fikar, dan kejadiannya itu sekitar bulan Juni 2010. Okey langsung ke cerita ya...

Pas pulang sekolah, dia (Fikar) bilang ama gue dan teman-teman kalau dia ngga ikutan nongkrong kayak biasa soalnya di suruh nyokapnya nganterin barang ke rumah tante di Dompu NTB, lumayan jauh lah kira-kira 2 jam perjalanan.

Singkatnya, setelah dia nganter barang dia balik agak malem sekitar jam 10 lewat. Jalan yang ditempuh tuh emang hampir 70% hutan, dengan tebing yang agak curam sama sawah yang luasnya naujubillah. Paling cuma ada beberapa desa-desa kecil yang dilewatin sepanjang jalan dan itu juga sepi. Sepanjang jalan juga minim penerangan, maklum lah ngga sama dengan ibukota, paling cuma bus-bus antar propinsi sama truk-truk lintas daerah yang lewat sesekali yang nerangin jalan.

Setelah ngelewatin bandara yang kurang lebih 15 Km dari kota, yang dilewatin cuma pinggir pantai dan hutan dan paling cuma ada beberapa desa pemukiman. Saat itu sekitar jam 12 malam, Fikar ngerasain seperti ada yang mengganggunya selama perjalanan. Memang setelah lewat bandara konsentrasinya agak buyar, padahal dia ngga ngantuk sama sekali.

Pas di tikungan (sebelah kiri pantai, kanan hutan) dia sontak kaget dan nabrak pembatas jalan. Dia kaget karena ada tangan yang terbang tepat di depan mukanya. Dipikir Fikar mungkin salah liat. Akhirnya si Fikar nengok ke belakang untuk memastikan kalau yang dia liat itu salah. Dan betapa kagetnya dia ternyata yang dia liat itu benar-benar sepotong tangan yang sekarang tergeletak di tengah jalan dan jarinya bergerak seolah merangkak ke arah Fikar.

Saking takutnya, Fikar langsung tancap gas ngebut ngga karuan, bahkan lobang jalan yang katanya gede banget dia ngga peduliin yang penting dia jalannya lurus dan hampir beberapa kali dia pengen jatuh dari motor karena ngga karuan. Pas masuk daerah kota emang ada jembatan gede dan deretan ruko yang semuanya sudah tutup karena waktu yang sudah tengah malam, Fikar pun berfikir karena rumahnya udah dekat diapun merasa aman dan sedikit lebih tenang.

Tapi ngga tau kenapa, setelah ngelewatin jembatan motornya mati padahal bensin masih ada setengah. Berkali-kali dia coba starter motornya tetep ngga nyala, sampe akhirnya dia denger suara jeritan perempuan yang melengking dari arah jembatan. Pas dia nengok makin pucat aja mukanya karena yang dia liat itu cewek yang mukanya ngga jelas dengan baju putih lusuh berdiri di salah satu tiang jembatan sambil melambai-lambai ke arah Fikar.

Fikar pun ninggalin motornya di tempat itu dan dia lari ketakutan. Beberapa kali Fikar terjatuh dan bangun lagi dan lanjutin larinya. Sampai di deket rumahnya dia langsung teriak minta tolong dan di denger sama remaja-remaja yang begadang di daerah rumah gue dan kebetulan kakak sepupu gue juga ikutan begadang. Akhirnya Fikar dibantu sampe kerumahnya dan motornya diambilin sama remaja tadi.

Paginya, Fikar ngga masuk sekolah dan gue bareng teman gue yang lain nengok ke rumah Fikar karena sebelumnya kami udah denger kabar yang dialamin Fikar semalam. Sampai di rumahnya dia cerita ke gue dan teman-teman yang lain dengan tampang yang masih sedikit shock dan masih keliatan tampang takutnya.

Setelah kejadian tingkah lakunya berubah sekitar sebulanan, yang tadinya suka ngelawak malah jadi agak pendiem dan jarang nongkrong. Yah mungkin dia masih kepikiran sama kejadian yang dia alamin.

Sejarah Ritual Mesum Pesugihan Gunung Kusmus

Mungkin sudah banyak yang tahu tentang ritual mencari pesugihan semacam babi ngepet dll yang dilakukan orang di Gunung Kemukus. Parahnya “laku” yang dilakukan adalah berhubungan seks dengan pasangan tidak sah.
Ritual jorok seperti bokep ini banyak juga dilakukan oleh orang-orang yang mencari jalan pintas untuk menjadi kaya, bahkan lebih pintas dari Bisnis Online hehe. Bagaimana sebenarnya ritual ini bisa menjadi semacam tata cara dan menjadi semacam tradisi yang sesat?
Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, 30 km sebelah utara Kota Solo. Untuk mencapai daerah ini tidak terlalu sulit, dari Solo bisa naik bus jurusan Purwodadi dan turun di Belawan (di sebelah kiri jalan akan kita temukan pintu gerbang yang bertuliskan “Daerah Wisata Gunung Kemukus”) dari sini bisa naik ojek atau berjalan kaki menuju tempat penyeberangan dengan perahu. Perlu diketahui bahwa sejak penggenangan Waduk Kedung Ombo, Gunung Kemukus menjadi seperti sebuah “pulau” tetapi pada waktu musim kemarau air akan surut dan praktis kita tidak memerlukan lagi jasa penyeberangan.

Gunung Kemukus identik sebagai kawasan wisata seks karena di tempat ini orang bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan untuk menjalani laku ritual ziarahnya, itulah syarat kalau mereka ingin kaya dan berhasil. Dalam suatu aturan yang tidak resmi diwajibkan bahwa setiap peziarah harus berziarah ke makam Pangeran Samudro sebanyak 7 kali yang biasanya dilakukan pada malam Jum’at Pon dan Jum’at Kliwon atau pada hari-hari dan bulan yang diyakhini baik, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan suami atau istrinya (mereka boleh membawa pasangannya sendiri atau mungkin bertemu di sana). Haduh-haduh… dari sini aja sudah kelihatan gak benernya.
Nah mari kita ikuti sejarahnya meskipun masih ada yang menganggapnya hanya sebuah legenda rakyat daerah.
Dikisahkan tentang seorang Pangeran dari kerajaan Majapahit yang bernama Pangeran Samudro (ada yang menyebut bangsawan ini berasal dari Majapahit, ada pula yang menduga dari zaman Pajang), Pangeran Samudro ini jatuh cinta kepada ibunya sendiri (Dewi Ontrowulan). Ayahanda Pangeran Samudro yang mengetahui hubungan anak-ibu tersebut menjadi murka dan kemudian mengusir Pangeran Samudro.
Dalam kenestapaannya, Pangeran Samudro mencoba melupakan kesedihannya dengan melanglang buana, akhirnya ia sampai ke Gunung Kemukus. Tak lama kemudian sang ibunda menyusul anaknya ke Gunung Kemukus untuk melepaskan kerinduan. Wah ibu dan anak sama bejatnya nih!
Namun sial, sebelum sempat ibu dan anak ini melalukan hubungan intim, penduduk sekitar memergoki mereka berdua yang kemudian merajamnya secara beramai-ramai hingga keduanya meninggal dunia. Keduanya kemudian dikubur dalam satu liang lahat di gunung itu juga. Namun menurut cerita, sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Pangeran Samudro sempat meninggalkan sebuah pesan yaitu kepada siapa saja yang dapat melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul semua permintaannya.
Konon selengkapnya ia berujar demikian, “Baiklah aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku. Siapa yang mau meniru perbuatanku , itulah yang menebus dosaku dan aku akan membantunya dalam bentuk apapun”.
Yang jelas Anda jangan ikuti jejaknya ya, karena pasti akan mengalami akibat tragis seperti Pangeran Samudro yang bejat itu. Buktinya tempat itu menjadi bejat juga sampai sekarang, menjadi tempat operasi para wanita malam dengan alasan menjadi peziarah.

Tukang Bubur Jadi-jadian


Cekidot, jadi kalau gga salah sa`at itu jam 1`an. Nah biasa lah jam segitu perut selalu nagih (tukang begadang sih gue :P). Nah kalau kali ini tuh gga seperti biasa, soalnya warkop biasa gua beli emi mateng tutup. Ywdh gua nyari tukang nasi goreng dengan membawa sepeda motor.

Muter-muter sekitar 20 menitan gga ada tukang dagang (padahal jalan raya dan tingal gua di Jakarta Timur). Biasanya siih banyak banget tukang makanan, tapi nyatanya saat itu gga ada, ywdh gua putusin buat balik ke rumah. Nah sebelum sampe rumah, ada tukang bubur ayam di depan gang keramat (gang jalan masuk rumah gua yang diambil dari tempatnya yang emang kuburan). Tanpa banyak basa basi, tanpa mikir panjang, dan tanpa rasa jangal langsung gua samperin.

Awalnya siih kecium bau aroma bunga melati, tapi gua gga heran karena emang tempatnya kuburan. Jadilah percakapan gua sama tuh orang.

Gua / Ilham (I); Tukang Bubur (TB)

I : Masih ada buburnya bang ? (tanya gua)
TB : ... (tanpa jawaban)
I : Ma`af, bang buburnya masih ada ? (tanpa nyerah)
TB : Menoleh ke gua (merinding setengah mampus)
I : Kalau masih ada saya pesan 1 dong, gga pake seledri ya !
TB : (Tanpa berbicara langsung bikinin pesanan gua)
I : Berapa bang ? (tanya gua lagi)
TB : ... (ngocolin dalem hati gua)
Yaudah dari pada gua tonjok tuh tukang bubur, gua kasih duit Rp.5.000,00-an, langsung tancep gass.

Sampe lah gua di rumah, dan seperti biasa masuk rumah langsung cuci kaki + cuci tangan (sa`at itu gua tingal cuma ber 2 sama bokap. Tapi baru Minggu lalu dia nyusul nyokap menghadap yang maha kuasa. Kaka gua udah gawe dan jarang pulang/toyib dan nyokap udah arumahum).

Nah abis itu gua ngerasa kantong gua ada sesuatu, dan pass gua korek ternyata duit gua yang tadi gua bayarin ke tuh tukang bubur masih ada. Gua tau bokap belum pulang jadi gua langsung buru-buru buka tuh plastik.

Eh eh eh ... gga di sangka, gga di kira, gga di tebak, gga di kasih tau ... ternyata isinya cuma tanah melompong. Bulu kuduk gua merinding karena cuma sendirian di rumah. Dan pass gua buka pintu depan rumah, "Wusss" bayangan melesat bagaikan cahaya. Buru-buru dah gua ke warnet dan langsung dengerin mp3.

Melodi Kematian

sore itu, ketika hujan lebat tengah mengguyur sebagian besar kota Kalingga. Terlihat sebuah mobil mewah berwarna hitam memasuki areal Rumah Sakit Bintang, tampaknya mobil tersebut tengah membawa penumpang yang sedari tadi berkutat dengan rasa khawatir dan panik.
Para suster telah menunggu, stand by dengan sebuah kursi roda yang nampaknya sudah disiapkan untuk diduduki oleh seorang pasien. Dan benar saja, mobil tersebut memuntahkan seorang laki-laki dan wanita muda yang tengah mengalami pendarahan pada kandungannya. Wanita tersebut langsung dirujuk ke ruang bersalin, sementara sang pria yang tak lain adalah suaminya hanya diperbolehkan mengantar sampai di koridor depan tempat bersalin istrinya.
Setelah sekian jam terbunuh, akhirnya penantian berbuah hasil. Susan, wanita yang sejak tadi memperjuangkan hidup dan mati tersebut kini dapat bernafas lega. Buah hati yang selama 9 bulan dikandung dengan penuh perjuangan tersebut akhirnya lahir ke dunia dengan jalan sesar. Ini adalah anak yang ketiga dari hasil perkawinan mereka.
Jodi, yang tak lain adalah nama dari pria itu terlihat masih menunggu. Sudah hampir 3 jam ia menunggu, tapi sama sekali belum mendengar tangisan bayi. Namun dari kejauhan terlihat pria berpostur agak tinggi dengan segera mendekati Jodi.
“Selamat Pak Jodi, anak bapak telah lahir dengan selamat. Tapi...” kata seorang pria berjas putih yang sebagian wajahnya ditutupi masker berwarna hijau.
“Tapi kenapa Dok? Lalu bagaimana keadaan istri saya, apa dia baik-baik saja?” sambut pria itu heran sembari mengernyitkan alis.
“Istri bapak baik-baik saja, ya.. bapak bisa lihat sendiri lah. Terlalu berat untuk saya menyampaikannya kepada bapak, dan bapak pun harus tabah menerima kenyataan ini.” sambung sang dokter tersenyum tipis di balik balutan masker, sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Jodi yang tertegun dengan tanda tanya besarnya.

Terlihat Susan terdiam diatas ranjang putih dengan pandangan kosong dan mata sayu.
“Apa yang terjadi pada bayi kita?” tanya Jodi khawatir.

Susan tetap diam seribu bahasa, pandangannya hanya tertuju pada sebuah box bayi yang ternyata didalamnya terdapat sang buah hati.
“Ayo jawab Susan, kenapa diam saja?” Jodi semakin geram sambil menggoyangkan kedua lengan istrinya.
“Anak kita Mas. Dari awal ia diangkat dari rahim ini, aku belum mendengar sedikitpun ia menangis.” jawan Susan, masih memandangi box dengan tatapan kosong.
“Kau serius?” sambung Jodi menyakinkan.
“Aku tak tahu, mungkin aku yang terlalu berhalusinasi. Atau..”
“TIDAK! Tidak mungkin, aku tidak percaya!” tukas Jodi tak yakin dengan kesaksian istrinya. Jantungnya seakan berhenti sejenak, aliran darah seakan mengalir tak terarah dari arus normalnya.
Suara gemuruh petir disertai hujan yang begitu deras malam itu menyertai peristiwa miris pasangan suami istri tersebut. Dan tak ada yang tau apa yang terjadi setelah malam itu berlalu.

Seorang gadis remaja yang kira-kira umurnya baru menginjak 17 tahun, tengah berlari tunggang-langgang ditengah keramaian pasar malam. Sepertinya ia sedang dikejar oleh Pol PP yang malam itu sedang mengadakan penertiban terhadap gelandangan dan pengemis.
Orang-orang terpostur kekar itu telah berhasil menangkap sebagian dari gelandangan yang biasa mengadu nasib di seputaran Pasar Sengol. Namun, sebagiannya lagi berhasil kabur menuju tempat persembunyian mereka. Biasanya para gelandangan yang berhasil kabur tersebut sudah mahir dan profesional dalam mengantisipasi bahaya razia itu. Tak ayal bila mereka dengan mudah bisa lolos dari sergapan para Satpol PP.
Mobil-mobil besar dengan belasan gepeng di dalamnya telah pergi meninggalkan hiruk pikuknya Pasar Sengol. Terlihat gadis remaja berpenampilan lusuh dengan rambut panjang terurai terdiam sembari menatap belasan teman seperjuangannya yang tertangkap. Memakai topi yang ujungnya diputar 180 derajat ke belakang menambah berandalnya raut gadis yang sebenarnya berperangai polos itu.
Berbekal sebuah gitar kecil, langkah gadis yang biasa dipanggil Lara ini kian mantap menyisir setapak demi setapak sebuah jalan raya yang terbilang lengang itu. Makhlum, jika sudah memasuki pukul 11 malam, jalanan di Kota Kalingga ini memang sudah sepi. Biasanya yang berlalu-lalang ketika ini hanya gelandangan yang tengah mencari tempat untuk beristirahat dan berlindung dari dinginnya malam yang menusuk.
Sepertinya Lara telah menemukan tempat tujuannya. Ya, sebuah emperan toko yang cukup luas nyaman untuk berbaring dan memainkan beberapa lagu dengan gitar kecilnya, sembari membunuh rasa takut akan kejamnya kehidupan di dunia. Tak ada yang bisa dipakai untuk membalut tubuh dari dinginnya hawa selain baju tipis yang melekat pada tubuh Lara. Dengan rasa iba pada diri, gadis itu pun mulai memetik senar-senar tipis bernada ritmis itu. Petikan-petikan itu bernada sendu, pas betul dengan kondisi hidupnya sekarang. Tanpa sadar ia pun mulai terlelap.

“Heh gembel, bangun! Enak saja tidur di depan kios orang, pelangganku pada pergi tuh.. cepat bangun, heh!”
Tiba-tiba Lara dikejutkan oleh suara ribut-ribut. Lara membuka mata sembari mengusapnya. Tahu-tahu di depannya sudah berdiri seorang wanita paruh baya dengan raut murka. Dan raut tersebut ditujukan pada Lara yang telah menumpang tidur di depan kios wanita tersebut.
Seusai membereskan barang bawaannya, Lara langsung pergi meninggalkan wanita pemarah dengan kiosnya itu.
Pagi ini memang cerah, namun raut Lara tak pernah sekalipun terlihat cerah. Dalam cerahnya dunia ini, ia masih merasakan redup dalan jiwanya. Dalam terangnya langit pagi ini, masih ada celah gelap di setiap rongga kehidupannya. Semua saling bersinergi membentuk paradoks dalam realita hidup seorang Lara.

Tak ada yang lebih indah bagi Lara selain memetik senar-senar ritmis dari gitar kesayangannya itu. Nada-nada indah selalu tercipta dengan alunan harmoni yang spektakuler. Ia tak pernah memberi nama setiap melodi yang ia ciptakan, ia hanya ingin melodi-melodi itu bebas tanpa terikat oleh apa pun dari dalam dirinya.
“Wah, merdu sekali petikan-petikan gitarmu Nak!”
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara seorang pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Bila dilihat dari penampilannya yang menggunakan setelan jas hitam dan sepatu yang mengkilap, sepertinya ia orang yang terpandang dan tentunya kaya.

Lara melongo menatap pria tersebut, tanpa sepatah kata pun untuk membalas pujian sang pria. Ia hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk : tanda berterimakasih.
“Lho, kok cuma senyum? Siapa namamu, boleh Om tau?” tanya pria itu lagi seolah memaksa karena merasa tak ada respon jawaban.
Karena terdesak, Lara langsung meraih kertas dan pensil dari dalam tas lusuhnya dan menulis nama “Larasati. Boleh dipanggil Lara.” pada permukaan kertas putih tersebut. Lalu memperlihatkannya pada pria itu sembari tersenyum lebar.
Pria itu mengernyitkan kening seolah bertanya pada dirinya, “Apa dia bisu?!”

Lara menurunkan senyum lebarnya ke bentuk awal, ia kebingungan melihat tampang sang pria. Dan pemandangan itu berlangsung sekitar beberapa detik sebelum akhirnya seorang pria lain berpakaian dinas mendatangi pria bersetelan jas hitam tersebut.
“Lapor Pak Jodi, rapat dewan akan segera dimulai. Mohon bapak berkenan mesuk ke dalam mobil untuk menuju gedung DPRD.”

Pria berseragam dinas itu, yang ternyata asisten dari Jodi Dharmawan, seorang pengusaha kaya dan sekaligus sebagai ketua DPRD Kabupaten Kalingga.
“Oh, baik. Sekarang saya menuju ke sana. Tapi, beri saya waktu 3 menit lagi.”
“Baik Pak!”

Sebelum pergi Jodi menyempatkan diri untuk pamit pada Lara. Entah kenapa Jodi merasakan getaran yang tak asing dari diri gadis itu. Seperti ada ikatan batin diantara mereka berdua. Lara pun merasakan hal itu, tapi ia tak punya keluarga bagaimana mungkin Lara bisa percaya tentang ikatan batin diantara Jodi dan dirinya.
“Boleh lain kali Om menjumpai kamu di tempat ini lagi Lara?” tanya Jodi ramah.
“Hemm....”

Lara hanya mengangguk tanda setuju, karena tak ada yang bisa ia ucapkan selain memperlihatkan bahasa tubuh.
Seiring dengan itu, Jodi tengah bersiap-siap untuk berangkat dengan asistennya. Ia masih sempat melambaikan tangan pada Lara. Entah mengapa pertemuan singkat itu menjadi pertemuan yang istimewa bagi seorang ketua DPRD yang selalu sibuk berkutat dengan urusan politik dan sosial.
“Sampai jumpa Lara...”
Lara turut membalas dengan lambaian tangan.

Berawal dari sebuah petikan gitar. Jodi dan Lara menjadi sering bertemu semenjak kejadian itu. Mereka terlihat akrab layaknya ayah dan anak. Lara juga dibelikan baju baru, sepatu baru, tas baru, dan gitar baru yang membuat Lara makin berbunga-bunga. Selepas bekerja Jodi selalu menyempatkan diri untuk bertemu Lara.
Taman Kota Kalingga adalah saksi bisu bertemunya dua insan yang saling berparadoks dalam kehidupan mereka masing-masing. Benar-benar mukjizat Tuhan yang maha sempurna. Mereka sering jalan-jalan bersama, bercerita bersama dan menyanyi bersama dengan iringan gitar Lara. Hingga tak disadari karisma seorang pemimpin sudah tak nampak lagi pada perangai Jodi, yang ada hanya karisma seorang ayah.
******

“Aku sudah membuang bayi itu!”
“Apa? Apa kau sudah gila Susan? Itu darah daging kita, tega nian kau seorang ibu berbuat seperti itu! Dimana kau buang anakku? JAWAB!!!”
Jodi tak percaya istrinya akan berbuat sekeji itu. Namun terlambat, bayi itu telah dibuang ketika Jodi tengah bertugas di luar pulau Bali.
“Di TPA. Dan mungkin sekarang dia sudah mati dimakan anjing. Sudahlah, anggap saja aku tidak melahirkan lagi setelah Victor dan Ria : anak pertama dan kedua Susan.
“Kau itu benar-benar.... aaaagghhhhh!!!!”
Hampir saja tangan Jodi melayang ke pipi kanan Susan, namun tertahan dan dihempaskan ke arah lain. Jodi tak ingin membuat perkara lebih panjang dengan istrinya yang sudah berjasa membesarkan kedua anaknya hingga mereka berhasil seperti sekarang. Namun, di sisi lain Jodi tidak mungkin melaporkan istrinya ke polisi atas tindakan kriminal pembuangan bayi. Dibalik jabatan tingginya, ia sekeluarga dan rumah sakit yang dulu menjadi saksi bisu kelahiran bayi malang itu menutup rapat-rapat rahasia ini. Dengan uang kerjasama pun berjalan dengan lancar dengan pihak rumah sakit.
*****

Lara kebingungan melihat Jodi yang tengah hanyut dalam lamunannya. Ia mencoba untuk menyadarkannya dengan menyenggol lengan pria itu.
“Eh Lara, maaf. Om...”
Jodi tak sadar bahwa barusan flashback dari masa lalunya terputar kembali. Ia teringat dengan putrinya yang dibuang. Kembali ia menatap Lara yang sedari tadi memperhatikannya.
“Apa mungkin, apa mungkin kau putriku yang hilang itu? Katakan padaku Lara sayang..” ucap Jodi dalam hati.
“Jika Om boleh tau, siapa orang tuamu? Dan kau tinggal di mana Nak?”

Lara terdiam. Mulai meraih kertas dan pensil kesayangannya, lalu menulis.
“Saya tidak punya orang tua. Saya tidak punya rumah. Saya hanya punya gitar. Saya lahir dari sampah, mungkin orang tua saya adalah sampah.”
Kata-kata yang polos atau mungkin tidak polos sama sekali bagi Jodi, membuat ia tercengang akan kesaksian Lara. Bagaimana mungkin ia bisa berkata seperti itu.
Namun di benak Lara, itu hanya kata-kata biasa yang tak ia tau persis maknanya. Makhlum, Lara belum sempat mengenyam bangku sekolah selama hidupnya. Tapi Lara punya semangat yang tinggi untuk belajar, buktinya ia bisa menulis meskipun ada banyak makna yang ia tak mengerti. Bahkan ia tak pernah tau apa itu orang tua, yang ia tahu hanya sampah. Dan mungkin, Lara juga tidak tahu apa itu sampah. Tak ada bedanya.

Jodi masih terjebak dalam keterkejutannya. Ia mulai memutar balik otak dan ingatannya. Mulai membuka kembali lembaran-lembaran album suram yang telah terkubur rapi oleh kebusukan. Tak lama kemudian ia tersadar. Sadar akan gadis yang ada di depannya itu adalah benar anak kandungnya yang telah lama hilang 17 tahun yang lalu.
“Lara, mau ya jadi anaknya Om?”

Lara hening sejenak. Mencoba menyadarkan diri, ia tak bermimpi. Lara meyakinkan sekali lagi dengan bahasa tubuhnya.
“Benar Lara, Om serius. Dan sekarang juga kamu akan Om ajak ke rumah Om, gimana? Mau ya?”
Seperti mendapat 2 Joker dan 4 As sekaligus, ini keberuntungan yang sulit dipercaya oleh Lara.
Lara mengangguk tanda setuju.

Sungguh ajaib. Dalam hitungan beberapa detik hidup Lara berubah 360 derajat. Dari meminta sedekah, kini mampu memberi sedekah. Baju lusuhnya berubah seketika menjadi dress putih yang cantik dan mewah. Rambutnya yang kusam tak terawat itu dirombak habis-habisan oleh hairstyles kepercayaan Jodi di salon yang cukup megah dan elite.
Beberapa jam yang lalu Lara masuk ke salon sebagai Lara yang kumuh dan lusuh. Namun 2 jam kedepan, keluarlah seorang putri cantik dengan rambut yang telah dismoothing dan wajah yang berbinar-binar. Kini Lara telah siap memasuki rumah megah orang nomor satu di Kalingga, Jodi Dharmawan.
Jodi dan Lara akhirnya sampai di rumah kediaman Jodi. Mereka disambut oleh pekarangan yang luas nan asri, dengan kolam renang besar di sisi kanan dan taman yang indah disisi kiri. Tampak dari kaca mobil bola mata Lara terbelalak dan menyapu seluruh isi pekarangan rumah itu. Bila pekarangannya saja sudah megah begini, lantas bagaimana isi di dalam rumahnya? Batin Lara bergumam.
Benar saja, rumah Jodi sangat megah dan indah. Ada 4 pilar besar yang terbuat dari bahan marmer menyambut kedatangan mereka. Rumah itu terlihat berkilau, karena 90% bahan luar dari rumah itu adalah bidang-bidang marmer putih yang mahal. Rumah itu tampak elegant berdiri kokoh di depan Lara.

Jika tadi Lara telah dimanjakan oleh keadaan rumah yang super mewah itu, kini ia harus terkagum-kagum ria juga dengan fasilitas yang dimiliki rumah tersebut. Dua orang security datang menghadap pada Jodi selaku tuan rumah. Lalu mereka membukakan pintu dan mengawal kedua majikannya memasuki rumah.
“Nah, Lara. Sekarang ini rumah barumu, dan sekarang Om akan tunjukkan di mana kamarmu.” kata Jodi sembari menuntun Lara.
“Dan, ini dia kamar barumu. Om harap kamu suka ya Nak? Sekarang Om harus pergi dulu, ada rapat penting yang harus Om hadiri. Baik-baik di sini ya Sayang.”
Setelah menunjukkan kamar pada Lara, Jodi langsung meninggalkan Lara dengan kamar barunya itu. Dengan sebuah lambaian tangan oleh Jodi dan dibalas pula oleh Lara, Jodi mengakhiri kebersamaan mereka.
“Siapa gadis itu, Yah?”

Seru seorang wanita paruh baya dari arah belakang Jodi. Semakin lama wanita itu semakin mendekat. Langkah Jodi jadi terhenti mendengar seruan tersebut. Segera ia membalikkan badan.
“Dia anak kita, anak yang telah tega kau buang!” sambut Jodi dengan nada agak tinggi.
“Apa?”
“Ya, dan sekarang dia tinggal bersama kita di sini, di rumah yang berhak ia huni!”
“Ta..tapi, dia sudah mati 17 tahun yang lalu!”
“Belum, buktinya 17 tahun setelah itu aku menemukannya!”
Jodi berlalu meninggalkan Susan dan tidak melanjutkan pembicaraan serius itu panjang lebar. Sementara Susan masih terdiam, antara shock dan tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Jodi, suaminya.
Dalam waktu yang bersamaan pula, Lara sedari tadi sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Artinya ia letah merekam semua percakapan antara Jodi dan Susan dalam memorinya yang benar-benar kosong. Butiran bening mulai menitik dan membasahi pipi mulusnya. Dadanya terasa sesak dan jantungnya terasa dihujam belati yang sangat tajam. Lara lemas.

Genap seminggu sudah rebeca menjalani hari-hari bak seorang putri kerajaan. Walaupun butuh sedikit adaptasi, namun kehadiran Jodi yang selalu menemaninya ditengah kesibukan-kesibukan Jodi yang padat membuat Lara semakin kerasan tinggal di rumah tersebut.
“Lara mau sekolah?”
Pertanyaan singkat itu membuat Lara agak sedikit kaget dan ada rasa gembira di dalamnya. Seketika Lara mengangguk tanda setuju.
Meskipun Lara dibesarkan dalam kerasnya kehidupan jalan, tetapi itu tak membuat niatnya surut untuk menuntut ilmu. Selama di jalan ia banyak belajar dari murid-murid sekolahan yang sesekali menyempatkan waktu untuk mengajarinya membaca dan menulis. Mata tak ayal, perlahan Lara semakin pintar. Dan kini ia siap menantang dirinya untuk mengenyam bangku sekolah.

Karena daya nalar Lara yang cukup baik untuk menangkap pelajaran, Jodi tidak menyekolahkannya di SLB melainkan di sekolah biasa seperti anak-anak normal lainnya. Dan tak tanggung-tanggung, SMA negeri yang berpredikat RSBI pun menjadi pilihannya untuk Lara. Jodi yakin Lara mampu dan bahkan lebih mampu melebihi kelebihan anak lainnya di sekolah itu.
“Terimakasih Om.”
Lara tersenyum sembari memperlihatkan kata-kata yang ditulis pada permukaan kertas.
Jodi hanya membalas dengan sesungging senyum dibibirnya.

Jodi terduduk di sebuah ruangan. Matanya terus memandang serius pada seorang wanita yang tengah berbicara dihadapannya. Tanpa mengurangi sedikit rasa hormat, wanita itu berbicara panjang lebar mengenai Lara, anaknya.
“Sepertinya bapak harus segera merujuk Lara pada psikiater ahli.”
“Maksud ibu?”
“Saya tidak tahu dengan cara apa saya harus memberitahu hal ini pada bapak. Tapi bapak tetap harus tahu.”
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Jodi makin penasaran.
“Kemarin kali kelima Lara masuk BK atas kesalahan yang sama. Dua diantara korban Lara, sekarang tengah menjalani perawatan di rumah sakit. Namun tadi pagi kami baru mendapat kabar bahwa salah satu dari mereka meninggal dunia dengan luka yang cukup parah di kepalanya.”
“Ya Tuhan, berita buruk macam apa ini!”

Seru Jodi, tak percaya dengan apa yang barusan ia simak. Dan sekaligus tak percaya bahwa seorang Lara yang polos mampu melakukan hal tersebut.
“Maaf Pak, seburuk apa pun berita ini bapak tetap harus mengetahuinya. Kami juga tak percaya dengan hal ini. Lara seorang anak berprestasi, ia sempat menjuarai beberapa olimpiade dalam ajang OSN. Namun sejak sikapnya berubah beberapa bulan yang lalu, kami menjadi ngeri dan sekaligus shock olehnya.”
“Lalu, mengapa tak ibu ceritakan dari dulu masalah ini pada saya?”
“Awalnya memang seperti itu, tapi kami takut. Kami juga telah sepakat untuk men-dropout Lara dari sekolah. Kami takut kalau-kalau korban semakin banyak berjatuhan gara-gara satu orang siswa. Namun hasilnya nihil, kami tetap tidak berani mengingat jabatan bapak selaku orang nomor 1 di kota ini.”
Wanita itu kian berpasrah di depan Jodi. Sudah sekian jam mereka terjebak dalam kondisi yang amat krodit seperti itu.

Sepertinya suasana kelas XII IPA1 mendadak seru pagi itu. Terlihat seorang gadis terduduk dengan darah dikepalanya. Teman-teman lainnya tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya bisa berngeri-ngeri ria menyaksikan kejadian itu.
Lara hanya menatap gadis itu dengan pandangan tajam seolah penuh dendam. Kemudian ia berlalu meninggalkan kelas. Tak ada yang tahu kemana ia pergi.
Suasana mencekam mulai terasa di sekolah terpandang tersebut. Hingga akhirnya awak media berhasil mengabadikannya di dalam sebuah surat kabar. Nama Lara Dharmawan seakan menjadi topik hangat yang tak habis-habis diperbincangkan seluruh media sosial. Kini Lara telah menjadi buronan para paparazzi.
Menjadi pusat perhatian dalam waktu yang cukup singkat membuat Lara menjadi semakin tak tenang. Sudah beberapa minggu ia absen dengan alasan yang tidak jelas. Tentu ini hal ini sekaligus menjadi ketenangan tersendiri bagi pihak sekolah yang sudah resah dengan ulah sadis Lara.

Di sebuah rumah sakit besar di daerah Kalijati.
“Apa sebenarnya yang terjadi pada anak saya, Dok?”

Suara barito Jodi memecah keheningan ruangan yang hampir seluruhnya bernuansa putih tersebut. Terlihat seorang dokter yang tengah serius menganalisis hasil psikotes dari anak Jodi, Lara.
“Hasil ini sungguh mencengangkan Pak. Belum pernah saya menghadapi kasus semacam ini selama saya bekerja sebagai psikiater.”
“Memangnya hasilnya seperti apa?”
“Baik akan saya jelaskan, namun sebelumnya bapak harus menyiapkan mental yang cukup untuk mendengar hasil riset ini.”

Jodi membalas dengan anggukan mantap.
“Begini, anak bapak mengidap penyakit PSIKOPAT. Psikopat itu sendiri berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya sering disebut SOSIOPAT. Namun tidak berarti orang gila. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.”

Psikiater itu memaparkan dengan jelas penyakit yang diidap oleh Lara. Bak disambar petir di siang bolong. Jodi shock bukan kepalang. Berkali-kali ia menghela nafas panjang, namun tak juga kunjung menenangkan kegundahannya. Kali ini ia benar-benar sangsi untuk mengajak Lara tinggal di rumah itu. Lara benar-benar orang sakit.
“Sudah saya katakan dari awal, ini butuh mental yang tinggi. Seseorang biasanya sulit mencerna kenyataan yang amat pahit, yang sabar ya Pak Jodi.”
“ Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang terhadap Lara, Dok?”
“Mengingat ini sangat berbahaya bagi keselamatan bapak sekeluarga, saya sarankan bapak membawanya ke tempat rehabilitasi mental. Bukan rumah sakit jiwa ya Pak! Tapi REHABILITASI MENTAL. Oia, di mana anak bapak sekarang? Saya harap ia tidak berada dekat dengan orang-orang yang dibencinya.”
“Di rumah, Dok.”

Suasana hening sejenak. Dan tiba-tiba....
“Astaga, di rumah saya bilang, Dok??? Maaf, saya harus segera pulang!” kata Jodi, sebelum akhirnya ia melesat secepat kilat menuju rumah.
Sementara sang dokter tampak bingung melihat reaksi Jodi.

Jodi memasuki pekarangan rumahnya dengan tergesa-gesa, seperti sedang dikejar oleh monster yang menyeramkan. Biasanya ada security yang menyambutnya, namun rumah tampak dalam keadaan sepi. Ia masih ingat ketika ia pergi dari rumah dengan meninggalkan Susan, Victor, Ria dan Lara di rumah. Sebenarnya ia tahu bahwa hubungan istri dan anak-anaknya tidak terlalu baik dengan Lara, tapi sebelum ia mendapat berita mencengangkan ini semua tampak baik-baik saja, pikirnya. Sementara Susan telah berkomitmen bahwa ia tak akan menerima Lara sebagai anak yang pernah ia lahirkan. Bagi Susan itu adalah aib bagi orang terpandang seperti dirinya.
BRRRAAKKKKK.......!!!!
Jodi telah memasuki pintu utama rumahnya yang tak terkunci itu. Namun Jodi agak bersemangat membukanya hingga terdengar suara bantingan pintu yang cukup keras.

Semua ruangan di lantai satu telah diperiksa, tak juga ia temui istri dan anak-anaknya. Jodi menaiki tangga dengan langkah yang semakin dipercepat. Dan sampailah ia di lantai dua rumahnya. Di sana ada sebuah kamar mandi besar, 3 kamar, dan sebuah ruang kerja miliknya. Pertama Jodi memeriksa kamar mandi. Dan...
“Aaaaaaaaggghhhhhhh....!!!”
Jodi berteriak histeris menyaksikan pemandangan yang amat mengerikan di depannya. Dua mayat manusia terbujur kaku di tempat yang agak berjauhan. Kedua mayat itu tak lain adalah security yang selalu setia menjaga rumah megah itu. Keduanya tewas dengan luka gorok di leher. Ia tak tahu atau atau mencoba untuk tidak mencari tau siapa gerangan orang sadis yang tega melakukan hal ini.
Dari kejauhan, tepatnya di kamar nomor 3 paling ujung dari tempatnya sekarang terdengar samar-samar suara petikan gitar. Ia seolah tau itu adalah Rebeca, namun nada petikan gitar tersebut terasa sangat asing di telinganya. Seharusnya Lara memainkan melodi yang gembira seperti ketika ia pertama bertemu lara yang tengah memainkan gitarnya. Namun yang ia dengar kini adalah melodi menyeramkan seolah sedang berkabung. Mengapa Lara berubah.
Jodi seolah merasakan penderitaan yang di alami Lara sejak dulu. Andai saja ia tidak terlalu sibuk dengan urusan kepolitiknnya, pasti Lara kecil tidak sampai dibuang oleh Susan. Dan kini semua itu tinggal penyesalan belaka. Dengan langkah gontai Jodi langsung menuju kamar ketiga yang merupakan sumber dari bunyi petikan gitar Lara atau bukan Lara yang sebenarnya.
Jodi membuka pintu.
Jiwa Jodi seakan lepas dari badan kasarnya, berkali-kali ia menepuk pipinya ke kanan dan ke kiri. Ini kenyataan.

Pemandangan yang lebih seram dari pada mayat-mayat security itu kian membuatnya tak sanggup untuk berdiri dengan kakinya sendiri. Jodi tumbang dan tertunduk. Ia shock berat.
“Mengapa seperti ini Lara?”
Kalimat bernada lirih terlontar dari bibir Jodi. Kini ia tak punya lagi cukup tenaga untuk membentak bahkan marah.
Sementara Lara tak merespon dan masih tetap betah dengan petikan-petikan gitarnya yang menyeramkan.

Suasana tersebut bertahan kira-kira sekitar 1 menit sebelum akhirnya kejutan yang lain mulai menampakkan diri pada Jodi yang ketika itu telah perpasrah diri menerima kejutan selanjutnya.
“Aku hanya mencoba menghantar kepergian mereka dengan lagu kematian ini, dan aku harap mereka tenang di sana. Apa ini salah, ayah?”

Jodi bangkit dari posisinya yang tertunduk, ia menatap lekat pada Lara dan gitarnya yang berlumuran darah segar. Sementara Lara menatap tiga wujud yang tak lagi bernyawa itu :Susan, Victor dan Ria. Jodi pun sekaligus tercengang karena baru pertama kalinya Lara memanggilnya dengan sebutan AYAH.
“Ka...kau, bisa bicara Lara?”

Suara parau Jodi tampaknya memaksa Lara untuk turut menatapnya. Namun Lara tak lagi melanjutkan perkataannya yang cukup lancar itu.
“Apa motif dibalik semua ini? Mengapa kau berubah seperti ini, Nak?” lanjut Jodi.

Lara bangkit dan mendekati Jodi. Ia tersenyum sembari menjawab.
“Tidak ada. Aku hanya ingin mereka bahagia dan tidak terlalu lama menderita di dunia ini dengan rasa dengki dalam diri mereka.”
“Ta..tapi, ini terlalu sadis.....”
“Sadis ayah bilang? Mana lebih sadis dibanding dengan membuang anak kandung di tempat pembuangan sampah dan membiarkannya hidup sendiri dikejamnya kehidupan jalanan???”

Jodi terdiam. Nafasnya terasa tertahan sejenak dan jantungnya sakit. Seperti ada peluru nyasar yang mengenai tepat di jantungnya.
“Lagi pula ini tidak sebanding, kehidupanku yang sadis hanya dibayar dengan cairan kental berwarna merah ini. Sungguh tak adil!”
“Lalu, apa yang kau mau sekarang?”
Lara menatap tajam ke arah kedua bola mata Jodi. Rautnya yang polos kini menjelma menjadi raut kemurkaan yang tak pernah Jodi bayangkan sebelumnya.

Lara memeluk Jodi lalu berkata.
“Aku ingin ayah bahagia.... Di sana, dengan m e r e k a....!”

Hening... . . .

Sahabat Penuh Misteri

Anton terduduk lesu dikursi rumahnya, wajahnya yang sudah masam tak mampu lagi memungut gairah senyum yg seperti biasanya dia keluarkan di sore itu. Sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang memang biasanya dia tidurkan untuk melepas lelah..dengan menghela nafas panjang dan kepala beralaskan kedua tangannya yang ditekuk tersebut menjadikan khayalan terbang mendekat. Anton samar samar melihat temannya Dhika tengah menyapa dari jarak jauh. Lambaian tangan dhika terasa begitu dekat sehingga antonpun bergegas menghampiri dhika yang sudah menantinya di pintu gerbang rumahnya.” Tumben loe datang kesini dhik ?”, ucap anton sambil mencoba meraih sandal dibalik pintu rumahnya. Anton menyapa dhika dengan gayanya yang khas , " kemana aja sih lo jarang main ketempat gue dhik ? Emang segitu sibuknya ya ampe ngelupain temen? Tanya anton. " Ah bisa aja lo ton, gue adalah.. lagi sering banyak tugas dikantor jadi maklumlah jarang kumpul-kumpul lagi sama temen-temen hehehe." Balas dhika. " Ayo kedalem dulu dhik, udah mau maghrib tau..ntar kalau lama-lama diluar bisa kesambet setan loe hehehe" canda anton. " Biarin aja..kan gw setan nya hahaha..” tawa dhika merenyah. “ ah bisa aja loe dhik, masa ada setan seganteng lo lewat rumah gue ? ntar bakalan cewek cewek sini pada menjerit lihat lo narsis “ imbuh anton.

Kedua sahabat yang sudah lama jarang tegur sapa itupun akhirnya masuk kedalam rumah. “ duduk dulu ya, gue mau ambil air minum buat lo, gue tau elo udah jalan 10 km kan ? hehehe pasti betisnya pada pegel pegel nih “ ucap anton. “ thanks bro, gak usah repot repot kalau ada keluarin aja semua yang ada didalem lemari es lo..hihihi “ dhika mencoba bergurau.” Boleh ,ntar gue keluarin semua isi kulkas gue..tapi elo harus habisin ya ,sanggup gak ? “ canda anton sambil meninggalkan dhika ke dapur.
Sa’at anton sibuk mengambil botol air didalam kulkas terdengar suara jelas didalam kamar mandi , seperti suara orang yang sedang menuangkan air kedalam ember. Anton mencoba menutup pintu kulkas tersebut dan menghampiri pintu kamar mandi. “ setau gue nyokap sama bokap lagi kondangan jauh dan nggak mungkin jam segini udah pulang “ gumam anton sambil berfikir siapa kira kira orang yang ada di dalam kamar mandi. Sambil mendekat dengan pasti dan mencoba untuk mengetuk pintu kamar mandi tangan antonpun segera mengetuk pintu kamar mandi tersebut , namun baru saja akan mendaratkan tangannya ke pintu .mendadak Dhika menyapanya dari belakang. “ ada apaan sih ton ? “ celetuk dhika. Anton kaget bukan kepalang “ ah kamu dhik bikin gue jantungan aja .”imbuhnya. “ lagian ngapain ke kamar mandi mengendap endap gitu udah kaya maling aja “ bilang dhika. “ nggak tau nih kayaknya ada orang di dalam kamar mandi “ terang anton . “ ah bisa aja lo ton..gue aja dari tadi nggak denger apa apa kok !” balas dhika. Anton lalu membuka pintu kamar mandi dan dilihatnya sekeliling kamar mandi tersebut namun sepertinya tidak ada apa-apa. “ tuh kan bener nggak ada siapa siapa “ kata dhika sambil mengajak anton keruang tamu. “ Gue ambil air minum dulu dhik, elo tunggu di ruang tamu ya “ ujar anton. Anton tak habis pikir namun masih terngiang ditelinganya suara gerucuk air yang dituangkan dari sebuah gayung ke dalam ember dari kamar mandi terdengar jelas. “ ah mungkin hayalan aku saja kali ya “ ujar anton sambil membawa botol air yang dingin dari dalam kulkasnya.
“ dhika lo dimana ? ini air minum sama kue kesukaan elo ?” kata anton sambil mencari cari dhika. Anton mencoba untuk keluar dari rumah “ kemana tuh anak udah nggak ada “ gumam anton sambil mencoba membalik badan. “ dor “ hehehe..kaget ya ! “ dhika mencoba mengejutkan anton. “ duh elo tadi kemana sih gue cariin gak ada , kaya setan aja lo bisa ngilang “ bilang anton sambil menghela nafasnya. “ gue ada kok duduk di ruang tamu , elo aja yang enggak liat ..makanya jangan banyak mengkhayal hehehe “ cetus dhika.
Akhirnya kedua sahabat karib itupun kembali kedalam rumah , diruang tamu anton dan dhika berbincang bincang seputar kehidupan pribadi dan saling curhat maklum mereka sejak sekolah dasar sudah saling mengenal satu sama lainnya.

Tanpa terasa waktu terus berlalu , malam semakin larut..kedua sahabat itupun masih saling bercerita..sesekali mereka bermain play station sampai puas dan nonton film action dengan mengunakan dvd player.
Meja ruang tamu berantakan , gelas dan makanan ringan ada dimana mana tapi mereka tak menghiraukan . suara televisi terdengar jelas sa’at sedang ditayangkan konser dangdut dari televise swasta . Malam itu Anton sudah sangat mengantuk sekali. “ dhik elo nginep dirumah gue aja ya , kebetulan nyokap n bokap gue pulangnya besok siang , maklum kondangannya jauh banget “ ujar anton sambil memegang bahu dhika. “ skalian nemenin elo ya ? enak banget dong gue jadi satpam ” canda dhika. “ yah itukan cita cita elo dari kecil mau jadi satpam hahaha “ bales anton. “ sial “ kata dhika sambil berlalu kekamar mandi.
Sa’at dhika dikamar mandi , anton segera meraih remote control TV nya. Dan memutar gelombang chanel lain . kebetulan sa’at itu ada breaking news di TV .
" Selamat malam pemirsa berita kecelakaan hari ini , telah terjadi kecelakaan lalu lintas antara pengendara sepeda motor dan truck bermuatan pasir ..pengendara sepeda motor masuk kebawah truck dan terlindas lalu tewas seketika , setelah di identivikasi bahwa pengendara itu bernama ….” Pet !!“ suara TV yang dimatikan oleh dhika . “ yaaah kok dimatiin sih dhik , gue penasaran sama pengendara motor tadi..siapa tau orang sini yang jadi korban “ tegur anton dengan sedikit kecewa. “ gue paling takut kalau lihat berita kecelakaan..mendingan berita yang lain aja ton , beneran nih gue phobia tau “ ucap dhika berasalan.
“ baru segitu aja udah takut..payah lo ah “ cibir anton . “ yah gitu deh ton ,kan lo tau sendiri gue dari sejak kecil paling takut kalau lihat atau denger cerita film film tentang setan hehehe “ kata dhika lagi.

Udara diluar malam itu sangat dingin..lolongan anjing dari kejauhan terus menyalak dan suara burung hantu terus membahana . anton dan dhika sudah mau tidur. Mereka berdua bergegas ke kamar tidur.
“ dhik ini tau nggak ini malam apa ? “ bisik anton
“ nggak tau , gue jarang lihat kalender sih “ ujar dhika
“ ini kan hari kamis..alias malam jum’at “ gertak anton
“ huuh , malam jum’at kliwon dong..” kata dhika sambil ketakutan
“ tenang aja dhik , elo nggak usah takut..kan gue udah biasa liat setan “ canda anton
“ setan apaan ? “ Tanya dhika
“ setan gentayangan kayak elo “ tawa anton
“ ahh sialan ..emangnya gue mirip setan apa ? kata dika sambil menepuk punggung anton
“ udah ah..berisik lo pade ..gimana kalau kita tidur aja “ celetuk anton
“ tapi jangan nakutin gue ya ton..kan elo orangnya suka iseng , ingat nggak dulu waktu kita main kemah kemahan di samping rumah..elo bikin gue kencing di celana gara2 nakutin gue..? “ terang dhika
“ masih inget aja lo, gue malah udah lupa ..udah lama banget tau tuh “ balas anton.
“ ya udah mana selimut loe ton , gue udah nggak tahan nih badan gue udah kedinginan “ ucap dhika sambil menggigil
“ nih selimut lo yang warna putih , gue yang warna hitam aja “ kata anton sambil melemparkan selimut dari balik lemarinya ke wajah dhika.

Sambil merebahkan tubuh mereka diatas tempat tidur tidak lantas membuat kedua sahabat itu tertidur , masih ada perbincangan diantara keduanya.
“ ton..kita sahabatan udah lama banget ya , nggak terasa sudah lebih dari 23 tahun , elo emang sahabat gue yang masih gue kenal sangat baik , dulu si wawan dan fatur juga sahabat kita tapi sayangnya mereka sudah pergi jauh entah kemana “ cerita dhika
“ yah itulah gue, selain ganteng gue juga ramah dan baik hati hehehe “ ucap anton agak sedikit narsis
“ ton kalau nanti suatu sa’at gue mati , apa elo mau nemenin gue ? “ Tanya dhika perlahan
“ elo ngomong apaan sih dhik, udah kaya orang mau mati aja , nggak boleh ngomong kaya gitu “ ujar anton sambil memegang kepala dhika.
“ udah jawab aja ton “ Tanya dhika lagi.
“ yaaa kalau elo mati gue pasti seneng dong hahahaha ..
“ kan jadi cowok terganteng posisinya jadi gue yang pegang “ canda anton
Dhika terdiam..tangannya meraih selimut dan menutup wajahnya.
“ duuh gitu aja marah nih “ kata anton sambil membelakangi dhika

Beberapa sa’at mereka terdiam , anton yang sa’at itu sudah sangat mengantuk mencoba memejamkan mata , namun sepertinya tidak bisa.
Dipandanginya tubuh dhika yang berselimutkan kain putih membelakanginya.
“ dhik…dhika…elo udah tidur ya “ anton mencoba menggoyangkan tubuh dhika
“ dhik….hmm…beneran udah tidur nih anak dasar pelor..skali nempel langsur molor “ seloroh anton.
Sayup sayup terdengar suara televisi yang masih menyala diruang tamu.
Anton bergegas bangun dan kembali keruang tamu.
“ perasaan tadi gue udah matiin nih TV ? kok bisa nyala lagi ya ? gumam anton masih penasaran.
Ketika sampai diruang tamu anton segera mencari remote TV dan berusaha mematikan tv tersebut .
“ kok dimatiin ton , gue masih nonton tau “ tiba2 dhika sudah ada diruang tamu terduduk sambil memegang kaleng berisi kue.

Anton tergidik kaget “ loh…kan tadi elo dikamar sama gue udah tidur ? kok udah ada disini ? “ anton penuh keheranan
“ eh anton gue tuh daritadi disini nonton TV , kebetulan gue suka banget sama acara film action dari transtv “ ucap dhika
“ jangan bercanda lo dhik , bikin gue jadi bingung aja “ anton masih terheran heran.
“ hehehe sebenernya gue tadi belum tidur , waktu elo ke ruang tamu gue ngikutin elo dari belakang..emang nggak berasa ya ? “ timpal dhika
“ duh bikin jantung gue deg deg-an aja lo dhik “ hentak anton
“ hehe sory sory bro bikin elo jadi ketakutan , tapi gue nggak mirip setan kan hihi “ gurau dhika
“ auah elap..ya sudah setel aja berita..biasanya jam segini ada berita malam deh ..tuh kan udah jam satu dini hari “ hardik anton sambil memegang remote control TV dan mencari chanel berita.
Sementara anton duduk dibawah sofa..dhika duduk diatas sofa mereka kembali bercanda.

Sa’at mereka berbincang Anton kembali terpaku dengan sebuah berita kecelakaan . “ lah inikan berita yang tadi sore..kebetulan gue tadi belum rampung liat gara-gara elo matiin dhik “ ucap anton sambil memegang erat remote control tv nya. Dari dalam tv terdengar berita “Selamat malam pemirsa berita kecelakaan hari ini , telah terjadi kecelakaan lalu lintas antara pengendara sepeda motor dan truck bermuatan pasir ..pengendara sepeda motor masuk kebawah truck dan terlindas lalu tewas seketika , setelah di identivikasi bahwa pengendara itu bernama andhika yang beralamat dijalan tawes 4 bekasi .” suara tv membahana
“ kok namanya Andhika pas banget sama nama elo dhik “ Tanya anton kepada dhika.
“ dhik…dhika..kemana lo ? “ anton menoleh tapi dhika sudah tak ada
“ kemana nih anak , cepet banget ngilangnye “ gumam anton
Bergegas anton ke kamar dan mendapatkan dhika tertidur pulas “ woi..enak bener ninggalin gue diruang tamu “ hardik anton kepada dhika

Dhika tak bergeming sedikitpun..anton mencoba membangunkan dhika namun dhika tetap saja terdiam . sa’at anton hendak membuka selimut dhika tiba tiba ..
“ ton…aku mulai kedinginan nih..” ucapan lirih terdengar dari mulut dhika
“ dingin apanya , kan AC nya udah gue matiin “ balas anton
“ dingin banget tau, mana kepala gue berdarah nih…sakit banget hik.hik “ lirihan dhika kembali sambil menangis
“ elo kenapa sih dhik ? “ Tanya anton
“ kepala gue berdarah ton…sakiiiit banget..rasanya mau pecah “ imbuh dhika sambil terus menutupi kepalanya dengan selimut
“ tadi perasaan elo nggak kenapa kenapa ?” ucap anton lagi
“ iya ton..gue emang nggak kenapa kenapa tapi kepala gue perih bangets..” kata dhika
“ coba gue liat kepala lo , sebenarnya sakit apa sih “ anton keheranan

Sa’at anton akan membuka selimut yang menutup wajah dhika tiba tiba listrik padam dan ruangan menjadi gelap gulita.
“ duh pake acara listrik mati lagi , kacau dah “ teriak anton sambil mencoba keluar dari kamarnya untuk mencari korek api.
Ketika anton mencari korek api , mendadak spertinya anton menabrak sesuatu..” duh siapa sih nih “ teriak anton
“ gue yang elo tabrak ton “ jawab dhika
“ elo cepet banget keluarnya dhik , gue jadi heran “ ketus anton
“ kepala gue sakit ton…darahnya terus terusan keluar nih “ ratap dhika menghiba
“ ya udah bentar gue mau ambil korek api di dapur , elo tunggu aja disini “ kata anton lagi

Sekembalinya dari dapur dan mendapatkan korek api beserta lilin anton lalu menyalakannya di ruang tamu.
“ toon…kepala gue makin sakit dan perih nih , elo bisa tolongin gue nggak “ ucapan dhika yang mulai melemah
“ elo dimana sih dhik , gue nggak liat elo dimana ? “ Tanya anton
“ gue dikamar elo ton , kesini dong “ sahut dhika mengajak

Lalu anton ke kamarnya dengan membawa lilin , didapatinya dhika tengah berbaring sambil memegangi kepalanya.
“ iya kepala elo berdarah kenapa dhik ? ya ampun..darahnya banyak banget “ anton mulai panic
“ gue perih banget ton, badan gue dingin banget..kepala gue aduuh sakitnya minta ampun “ lirih dhika lagi.
“ coba lihat kepalanya yang berdarah..” ucap anton sambil mencoba mengangkat lilinnya tepat mengarah kewajah dhika.
Ketika dhika melepaskan tangannya , tampak jelas kepalanya yang penuh darah merah mengental dan bola mata yang hamper copot keluar , bagian otaknya pun mulai terlihat dengan bintik putih cairan otak yang berdarah.
Anton kaget bukan kepalang, bulu kuduknya berdiri dan menjerit sejadi jadinya..seketika tubuhnya lunglai lemas tak berdaya tergeletak di samping tempat tidurnya.
Keesokan harinya anton mendapatkan dirinya berada dirumah sakit dengan kepala terikat perban putih dan disampingnya pun berdiri ayah dan ibunya.
Ayah : “ kamu kenapa ton , kamu sakit apa ? “
Ibu : “ iya ton. Ma’afin ibu ya yang tidak menjaga kamu sepenuhnya “
Anton masih terdiam dan masih dengan kondisi lemah. Seorang suster dan perawat pria datang menghampiri untuk memberikan obat-obatan untuk pemulihan kondisi kesehatannya.
Anton: yah ..bu..anton kok ada dirumah sakit ? emang anton kenapa ?
Ibu : “ anton , tadi pagi ibu menemukanmu pingsan di sebelah tempat tidur..kepala kamu membentur lantai dan ada darah .. sebenarnya kamu habis main apa sih di kamar sampai jatuh begitu..?
Anton : anu bu..anton semalem habis..
Belum selesai bicara mata anton tertuju pada sebuah berita yang ada di sebuah Koran yang sa’at itu di pegang sang ayah.
Anton : yah coba lihat berita itu , siapa yang kecelakaan ?
Ayah : iya ton ..baru mau papah ceritakan bahwa temanmu si dhika kemarin sore meninggal akibat kecelakaan lalulintas , tubuhnya terpelanting dan masuk ke kolong mobil truck .siang ini jenazahnya akan dikebumikan di TPU pondok kelapa . beritanya sudah ada ditelevisi dari kemarin malam dan hari ini sudah ada beritanya di Koran Koran , tragis ya. Padahal ayah tau anak itu baik sekali.itulah takdir kita tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil kita.

Anton terdiam membisu dan mancoba mengingat peristiwa semalam dimana ketika dia hendak ke kamar mandi tiba-tiba dhika sudah mengejutkannya dari belakang padahal tidak terdengar langkah kaki dhika , dan ketika mencari anton diluar rumah tiba tiba ketika menoleh sudah ada dibelakangnya..lalu ketika menonton berita kecelakaan dhika berusaha mematikan TV , begitupun ketika hendak menonton tv ketika dhika sudah tidur tiba tiba sudah ada dibelakang dan duduk di atas sofa dan terakhir melihat wajah anton dengan wajah penuh darah dan kepala pecah.
“ maaf pak..ibu..ada dokter yang akan memeriksa kondisi kesehatan anton , jadi ibu dan bapak bisa keluar sebentar “ sapa sang suster kepada ayah dan ibu anton
Tak lama sang dokterpun datang untuk memeriksa , sambil membalikan badannya sang dokter menyiapkan obat obatan diatas meja.
Dan ketika sang dokter berbaik badan dengan jarum suntik ditangan tampak wajah dhika yang tersenyum sinis sambil berkata “ kamu juga harus mati anton….”




TAMAT